Oleh : FITRI ANDESTA dan SINTA MEILENA
MAHASISWA :PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Poboya adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Palu Timur, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Kini Poboya telah menjadi areal aktifitas pertambangan emas yang tak terkendali. Poboya yang dahulunya merupakan kawasan pertanian dengan hamparan sawah, ladang dan kebun-kebun masyarakat, kini dipenuhi dengan mesin-mesin tromol pengolah emas dan lubang-lubang menganga bekas galian para penambang. Ironisnya, beberapa diantaranya adalah milik sejumlah oknum aparat keamanan dan elit pemerintahan di Palu.
Setelah lebih dari setahun emas Poboya di olah, nyaris tak ada perubahan nasib masyarakat setempat yang saya lihat. Malah yang saya saksikan, kejadian signifikan adalah perubahan bentang alam, tindak kriminal, konflik tanah, peralihan kepemilikan lahan, dan ancaman pencemaran, masyarakat beberapa kali melaporkan kasus kematian hewan ternak akibat limbah buangan disekitar sungai Poboya. Celakanya, Poboya adalah water catchment area (daerah tangkapan air) bagi ratusan ribu masyarakat kota Palu termasuk PDAM yang menyuplai kebutuhan air bersih warga.
Selain itu, berkurangnya debit air sungai Poboya dan Kawatuna akibat penggunaan air oleh mesin-mesin pengolahan emas telah mengorbankan sumber-sumber pendapatan dan mata pencaharian masyarakat. Krisis air ini telah mematikan sumber kehidupan para petani bawang, padi dan sayur mayur yang sangat bergantung pada pasokan air sungai ini.
Kini, aktifitas penghancuran bukit dan lahan itu telah menyebar ke wilayah-wilayah sekitarnya, bahkan mesin-mesin tromol pengolah emas telah beroperasi di tengah-tengah pemukiman warga. Pemerintah yang mestinya mengambil posisi terdepan dalam penyelesaian masalah ini nyaris tak berdaya dan tak berbuat apa-apa. Menurut salah seorang kawan saya, konon ini adalah satu-satunya pertambangan yang dilakukan ditengah-tengah kota dan pemukiman warga, kekhawatiran itu tidak berakhir disini, perusahaan besar bernama Bumi Resourches yang memiliki izin konsesi tidak henti-hentinya berupaya mengeksploitasi potensi emas disini. Bila ini terjadi maka kemungkinan besar akan ada buyat episode ke dua.
Keprihatinan dan kekhawatiran kian bertambah, setelah mengingat pernyataan seorang aktifis lingkungan yang menyodorkan data dan fakta-fakta pertambangan dalam suatu seminar, dimana belum ada terbukti satupun pertambangan di dunia ini yang ramah lingkungan dan mensejahterakan masyarakat, bila emas habis maka masyarakat akan ditinggalkan dalam kemiskinan dan penderitaan yang akut. Ternyata dibalik kilau emas ada kisah pilu yang menyertainya.
B. Tujuan
1. Mengetahui kadaan lingkungan di tambang emas kelurahan Poboya
2. Mengetahui bahaya merkuri bagi kehidupan.
3. Mengetahui dampak tambang emas Poboya terhadap lingkungan hidup
4. Mengetahui solusi dari permasalahan lingkungan dan ekologi di
tambang emas Poboya.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi sumber pencemar di pertambangan emas Poboya?
2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan terhadap kondisi air dan tanah?
3. Apa saja solusi yang dapat dilakukan dalam penyelamatan ekologi
dan meminimalisir dampak buruk yang akan ditimbulkan
tambang emas rakyat Poboya?
Setelah lebih dari setahun emas Poboya di olah, nyaris tak ada perubahan nasib masyarakat setempat yang saya lihat. Malah yang saya saksikan, kejadian signifikan adalah perubahan bentang alam, tindak kriminal, konflik tanah, peralihan kepemilikan lahan, dan ancaman pencemaran, masyarakat beberapa kali melaporkan kasus kematian hewan ternak akibat limbah buangan disekitar sungai Poboya. Celakanya, Poboya adalah water catchment area (daerah tangkapan air) bagi ratusan ribu masyarakat kota Palu termasuk PDAM yang menyuplai kebutuhan air bersih warga.
Selain itu, berkurangnya debit air sungai Poboya dan Kawatuna akibat penggunaan air oleh mesin-mesin pengolahan emas telah mengorbankan sumber-sumber pendapatan dan mata pencaharian masyarakat. Krisis air ini telah mematikan sumber kehidupan para petani bawang, padi dan sayur mayur yang sangat bergantung pada pasokan air sungai ini.
Kini, aktifitas penghancuran bukit dan lahan itu telah menyebar ke wilayah-wilayah sekitarnya, bahkan mesin-mesin tromol pengolah emas telah beroperasi di tengah-tengah pemukiman warga. Pemerintah yang mestinya mengambil posisi terdepan dalam penyelesaian masalah ini nyaris tak berdaya dan tak berbuat apa-apa. Menurut salah seorang kawan saya, konon ini adalah satu-satunya pertambangan yang dilakukan ditengah-tengah kota dan pemukiman warga, kekhawatiran itu tidak berakhir disini, perusahaan besar bernama Bumi Resourches yang memiliki izin konsesi tidak henti-hentinya berupaya mengeksploitasi potensi emas disini. Bila ini terjadi maka kemungkinan besar akan ada buyat episode ke dua.
Keprihatinan dan kekhawatiran kian bertambah, setelah mengingat pernyataan seorang aktifis lingkungan yang menyodorkan data dan fakta-fakta pertambangan dalam suatu seminar, dimana belum ada terbukti satupun pertambangan di dunia ini yang ramah lingkungan dan mensejahterakan masyarakat, bila emas habis maka masyarakat akan ditinggalkan dalam kemiskinan dan penderitaan yang akut. Ternyata dibalik kilau emas ada kisah pilu yang menyertainya.
B. Tujuan
1. Mengetahui kadaan lingkungan di tambang emas kelurahan Poboya
2. Mengetahui bahaya merkuri bagi kehidupan.
3. Mengetahui dampak tambang emas Poboya terhadap lingkungan hidup
4. Mengetahui solusi dari permasalahan lingkungan dan ekologi di
tambang emas Poboya.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi sumber pencemar di pertambangan emas Poboya?
2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan terhadap kondisi air dan tanah?
3. Apa saja solusi yang dapat dilakukan dalam penyelamatan ekologi
dan meminimalisir dampak buruk yang akan ditimbulkan
tambang emas rakyat Poboya?
BAB II ANALISIS LINGKUNGAN TAMBANG EMAS RAKYAT POBOYA
A. Pengertian Merkuri
Merkuri diberi simbol HG berasal dari bahasa Yunani yang berarti cairan perak. Merkuri merupakan unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Unsur golongan logam transisi ini berwarna keperakan dan merupakan satu dari lima unsur (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar, serta mudah menguap.
Beberapa sifat fisik dan kimia yang menarik dari logam tersebut adalah pada temperatur kamar 25° celcius berwujud cair, titik bekunya relatif rendah -39° Celcius dan titik didih sekitar 357° Celcius, mudah menguap, mudah bercampur dengan logam-logam lain membentuk logam campuran atau dalam dunia kimia biasa disebut amalgam/alooy.
B. Efek Merkuri Bagi Kesehatan
Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Metilmerkuri dan uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain, sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam, garam, maupunmetilmerkuri dapat merusak secara permanen otak, ginjal, maupun janin.
Pengaruhnya pada fungsi otak dapat mengakibatkan tremor, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata. Badan lingkungan di Amerika (EPA) menentukan bahwa merkuri klorida dan metilmerkuri adalah bahan karsiogenik.
Anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa terhadap merkuri. Merkuri di ibu yang mengandung dapat mengalir ke janin yang sedang dikandungnya dan terakumulasi di sana. Juga dapat mengalir ke anak lewat susu ibu. Akibatnya, pada anak dapat berupa kerusakan otak, retardasi mental, buta, dan bisu. Bahkan, masalah pada pencernaan dan ginjal juga dapat terjadi.
Oleh karena itu, merkuri harus ditangani dengan hati-hati, dijauhkan dari anak-anak dan wanita yang sedang hamil. Standard yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah sebagai berikut: di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)). Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta gram) atau satu gram dalam 10 ton makanan. Di udara 0,1 mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m3, 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari).
C. Fakta Mengenai Bahaya Merkuri
Kasus tosisitas metil merkuri yang tidak pernah terlupakan oleh kita adalah “Minamata Disease” di Jepang. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penduduk sekitar kawasan tersebut mengkonsumsi secara rutin ikan yang berasal dari laut disekitar Teluk Minamata dan ternyata bahwa ikan telah tercemar logam merkuri yang berasal dari limbah industri plastik. Gejala keanehan mental, dan cacat saraf mulai nampak terutama pada anak-anak. Namun, gejala tersebut baru diketahui 25 tahun kemudian sejak gejala penyakit tersebut ditemukan.
Kasus yang serupa juga terjadi di Indonesia, di mana sejak tahun 1996 Perairan Teluk Buyat di Propinsi Sulawesi Utara telah dijadikan tempat perbuatan tailing oleh PT Newmont Minahasa Raya akibatnya masyara yang mengkonsumsi ikan sekitar di teluk Buyat mengalami gangguan kesehatan terutama penyakit kulit. Kegiatan penambangan seperti halnya PT NMR merupakan pengambilan logam dari sumbernya termasuk logam berat dalam pengambilan emas. Bijih primer yang terbungkus oleh mineral sufida yang kaya akan logam-logam diekstraksi untuk memperoleh emas, kemudian sulfida tersebut di buang ke alam.
Kasus serupa juga kini mengancam Kota Palu, di mana hasil pengujian laboratorium Dinas Kesehatan Kota Palu menyimpulkan, air sumur dan limbah yang berada disekitar tambang yang berada di Jalan Maleo positif mengandung mercury atau zat yang dapat mematikan. Hal ini diungkapkan Kabid pengendalian masalah kesehatan Dinkes Kota Palu. Sample air di Jalan Maleo yang diuji di Laboratorium Makasar tahun 2009 lalu, positif terkontaminasi dengan merkuri. Jika hasil lab menunjukkan 0,01 masih bisa dikatakan normal, namun saat ini hasilnya telah mencapai 0,005, berarti positif mengandung merkuri. Untuk jangka pendek reaksi merkuri memang belum terasa. Namun untuk jangka panjang, 80 persen zat ini terakumulasi tersimpan dalam badan makhluk hidup.
Berdasarkan fenomena yang ada maka kami mengetahui bahwa kegiatan penambangan bijih emas oleh masyarakat di areal penambangan emas Poboya dilakukan dengan cara amalgamasi. Cara tersebut merupakan cara konvesional untuk mengekstraksi bijih emas dengan menggunakan logam merkuri. Dengan cara ini ion Hg22 + dalam bentuk larutan dinteraksikan dengan batuan bijih emas (Au) sehingga terbentuk suatu amalgam (campuran emas terlarut dalam merkuri). Emas terlarut dalam amalgam segera terokidasi dengan cepat oleh oksigen di udara membentuk Au 203.
Perlu diketahui bahwa Au3+, pada dasarnya berada dalam bentuk Au203 dimana Au203 tersebut sangat mudah terdekompsisi menjadi Au dan O2 pada suhu sekitar 150 C. Jika pemanasan yang lazim dilakukan penambang emas konvesional pada prinsipnya mendekomposisi Au203 menjadi Au (emas) dan oksigen (O2) dan sekaligus menguapkan merkuri yang masih bercampur dengan emas. Uap merkuri tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan sebagaimana yang telah diungkapkan di atas.
Berdasarkan uraian di atas maka patut semua pihak baik masyarakat maupun penentu kebijakan untuk menyikapi hal tersebut secara arif dan bijaksana sehingga kasus Minamata dan Buyat tidak terjadi di daerah kota Palu yang kita cintai ini.
Merkuri diberi simbol HG berasal dari bahasa Yunani yang berarti cairan perak. Merkuri merupakan unsur kimia pada tabel periodik dengan simbol Hg dan nomor atom 80. Unsur golongan logam transisi ini berwarna keperakan dan merupakan satu dari lima unsur (bersama cesium, fransium, galium, dan brom) yang berbentuk cair dalam suhu kamar, serta mudah menguap.
Beberapa sifat fisik dan kimia yang menarik dari logam tersebut adalah pada temperatur kamar 25° celcius berwujud cair, titik bekunya relatif rendah -39° Celcius dan titik didih sekitar 357° Celcius, mudah menguap, mudah bercampur dengan logam-logam lain membentuk logam campuran atau dalam dunia kimia biasa disebut amalgam/alooy.
B. Efek Merkuri Bagi Kesehatan
Efek merkuri pada kesehatan terutama berkaitan dengan sistem syaraf, yang sangat sensitif pada semua bentuk merkuri. Metilmerkuri dan uap merkuri logam lebih berbahaya dari bentuk-bentuk merkuri yang lain, sebab merkuri dalam kedua bentuk tersebut dapat lebih banyak mencapai otak. Pemaparan kadar tinggi merkuri, baik yang berbentuk logam, garam, maupunmetilmerkuri dapat merusak secara permanen otak, ginjal, maupun janin.
Pengaruhnya pada fungsi otak dapat mengakibatkan tremor, pengurangan pendengaran atau penglihatan dan pengurangan daya ingat. Pemaparan dalam waktu singkat pada kadar merkuri yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan paru-paru, muntah-muntah, peningkatan tekanan darah atau denyut jantung, kerusakan kulit, dan iritasi mata. Badan lingkungan di Amerika (EPA) menentukan bahwa merkuri klorida dan metilmerkuri adalah bahan karsiogenik.
Anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa terhadap merkuri. Merkuri di ibu yang mengandung dapat mengalir ke janin yang sedang dikandungnya dan terakumulasi di sana. Juga dapat mengalir ke anak lewat susu ibu. Akibatnya, pada anak dapat berupa kerusakan otak, retardasi mental, buta, dan bisu. Bahkan, masalah pada pencernaan dan ginjal juga dapat terjadi.
Oleh karena itu, merkuri harus ditangani dengan hati-hati, dijauhkan dari anak-anak dan wanita yang sedang hamil. Standard yang ditetapkan badan-badan internasional untuk merkuri adalah sebagai berikut: di air minum 2 ppb (2 gr dalam 1.000.000.000 (satu milyar gr air atau kira-kira satu juta liter)). Di makanan laut 1 ppm (1 gram tiap 1 juta gram) atau satu gram dalam 10 ton makanan. Di udara 0,1 mg (miligram) metilmerkuri setiap 1 m3, 0,05 mg/m3 logam merkuri untuk orang-orang yang bekerja 40 jam seminggu (8 jam sehari).
C. Fakta Mengenai Bahaya Merkuri
Kasus tosisitas metil merkuri yang tidak pernah terlupakan oleh kita adalah “Minamata Disease” di Jepang. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa penduduk sekitar kawasan tersebut mengkonsumsi secara rutin ikan yang berasal dari laut disekitar Teluk Minamata dan ternyata bahwa ikan telah tercemar logam merkuri yang berasal dari limbah industri plastik. Gejala keanehan mental, dan cacat saraf mulai nampak terutama pada anak-anak. Namun, gejala tersebut baru diketahui 25 tahun kemudian sejak gejala penyakit tersebut ditemukan.
Kasus yang serupa juga terjadi di Indonesia, di mana sejak tahun 1996 Perairan Teluk Buyat di Propinsi Sulawesi Utara telah dijadikan tempat perbuatan tailing oleh PT Newmont Minahasa Raya akibatnya masyara yang mengkonsumsi ikan sekitar di teluk Buyat mengalami gangguan kesehatan terutama penyakit kulit. Kegiatan penambangan seperti halnya PT NMR merupakan pengambilan logam dari sumbernya termasuk logam berat dalam pengambilan emas. Bijih primer yang terbungkus oleh mineral sufida yang kaya akan logam-logam diekstraksi untuk memperoleh emas, kemudian sulfida tersebut di buang ke alam.
Kasus serupa juga kini mengancam Kota Palu, di mana hasil pengujian laboratorium Dinas Kesehatan Kota Palu menyimpulkan, air sumur dan limbah yang berada disekitar tambang yang berada di Jalan Maleo positif mengandung mercury atau zat yang dapat mematikan. Hal ini diungkapkan Kabid pengendalian masalah kesehatan Dinkes Kota Palu. Sample air di Jalan Maleo yang diuji di Laboratorium Makasar tahun 2009 lalu, positif terkontaminasi dengan merkuri. Jika hasil lab menunjukkan 0,01 masih bisa dikatakan normal, namun saat ini hasilnya telah mencapai 0,005, berarti positif mengandung merkuri. Untuk jangka pendek reaksi merkuri memang belum terasa. Namun untuk jangka panjang, 80 persen zat ini terakumulasi tersimpan dalam badan makhluk hidup.
Berdasarkan fenomena yang ada maka kami mengetahui bahwa kegiatan penambangan bijih emas oleh masyarakat di areal penambangan emas Poboya dilakukan dengan cara amalgamasi. Cara tersebut merupakan cara konvesional untuk mengekstraksi bijih emas dengan menggunakan logam merkuri. Dengan cara ini ion Hg22 + dalam bentuk larutan dinteraksikan dengan batuan bijih emas (Au) sehingga terbentuk suatu amalgam (campuran emas terlarut dalam merkuri). Emas terlarut dalam amalgam segera terokidasi dengan cepat oleh oksigen di udara membentuk Au 203.
Perlu diketahui bahwa Au3+, pada dasarnya berada dalam bentuk Au203 dimana Au203 tersebut sangat mudah terdekompsisi menjadi Au dan O2 pada suhu sekitar 150 C. Jika pemanasan yang lazim dilakukan penambang emas konvesional pada prinsipnya mendekomposisi Au203 menjadi Au (emas) dan oksigen (O2) dan sekaligus menguapkan merkuri yang masih bercampur dengan emas. Uap merkuri tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan sebagaimana yang telah diungkapkan di atas.
Berdasarkan uraian di atas maka patut semua pihak baik masyarakat maupun penentu kebijakan untuk menyikapi hal tersebut secara arif dan bijaksana sehingga kasus Minamata dan Buyat tidak terjadi di daerah kota Palu yang kita cintai ini.
BAB III PENCEMARAN LINGKUNGAN TAMBANG EMAS RAKYAT POBOYA
A. Sumber Pencemaran Pada Tambang Rakyat Poboya
Berdasarkan survei lapangan dan pengkajian referensi yang saya lakukan, sumber pencemar utama pada Tambang Emas Poboya adalah zat merkuri (Hg). Masyarakat setempat dan para penambang sering menyebut merkuri dengan sebutan air perak.
Merkuri digunakan sebagai bahan kimia pembantu pada proses pengolahan (amalgamasi) yang sesuai dengan sifatnya berfungsi untuk mengikat butiran-butiran emas agar mudah dalam pemisahan dengan partikel-partikel lain dalam tanah. Proses kerja pemisahan emas dari partikel-partikel tanah yang dilaksanakan penambang emas Poboya adalah pemecahan partikel tanah, penggilingan, pemisahan partikel tanah dengan ikatan merkuri dan butiran emas, penyaringan, dan pemanasan.
B. Masalah Ekologis yang Ditimbulkan
1. Pencemaran Air
Terhadap pencemaran air, merkuri telah menjadi masalah yang serius. Air sungai kini berdampak buruk jika dikonsumsi.
2. Pencemaran Tanah
Terhadap pencemaran tanah, merkuri yang terkontaminasi dengan tanah telah terakumulasi di dalam tubuh tumbuhan yang berada di daerah tercemar dan akan terakumulasi pula dalam tubuh manusia dan hewan yang mengkonsumsi tumbuhan tersebut. Selain merkuri, sampah rumah tangga juga berperan dalam pencemaran tanah di kawasan pertambangan.
C. Dampak Ekologis Yang Telah Ditimbulkan
1. Sumber air bersih PDAM di Poboya Palu tercemar merkuri
Ketua Tim Peneliti Asosiasi Pertambangan Emas Rakyat Indonesia (Asperi) Sulteng Prof Mappiratu mengatakan sampel air yang diambil dari bak terbuka PDAM yang ada di Poboya mengandung merkuri hingga 0,005 ppm. Asosiasi Pertambangan Emas Rakyat mengambil sampel air di bak terbuka yang kotor dan bersih. Setelah dianalisis di laboratorium, untuk bak kotor mengandung merkuri dengan konsentrasi 0,005 ppm dan air yang bersih 0,004 ppm. Standar air minum maksimal mengandung Merkuri 0,001 ppm. Hasil analisis ini menunjukkan ada potensi pencemaran.
Selain itu masyarakat juga mengeluhkan kondisi air PDAM yang sangat keruh bahkan terkadang seperti membawa kotoran lumpur dan pasir serta terkadang aroma bahan kaporit sangat tajam.
2. Beberapa hewan ternak mati
Di Poboya sudah terjadi kasus ternak mati. Seperti yang telah diberitakan bahwa ternak sapi yang mati tiba-tiba. Sapi tersebut diduga mati akibat minum limbah penambangan emas. Selain itu, berdasarkan keterangan salah seorang keluarga penambang yang saya wawancarai bahwa pernah juga kejadian ada anak kambing yang mati serupa.
3. Bencana longsor lokal
Tambang emas Poboya sering terjadi longsor. Seperti yang pernah diberitakan bahwa pada hari Senin 16 Agustus 2010, tiga penambang yang diketahui warga dari Sulawesi Utara terjebak di dalam lubang yang ikut tertimbun tanah yang longsor.
Selain itu, berdasarkan cerita spontan salah seorang keluarga penambang yang saya temui, bahwa telah sering terjadi longsor di lokasi pertambangan. Dalam beberapa kasus longsor selama ini telah puluhan lebih penambang yang tertimbun longsor, beberapa tak terselamatkan namun ada juga yang selamat. Namun hal tersebut tidak menghentikan aktifitas para penambang.
4. Rusaknya hutan
Daerah Poboya merupakan salah satu hutan di Kota Palu dengan luas 200 hektar. Kawasan ini merupakan daerah penyangga air untuk Palu dan sekitarnya. Namun keberadaan pertambangan emas Poboya telah merusak hutan. Ironisnya Menteri Kehutanan (Menhut) Marzuki Usman menyetujui pemanfaatan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Poboya di Kotamadya Palu, Sulawesi Tengah, sebagai lokasi tambang emas. Syaratnya, warga yang bermukim di kawasan tersebut tidak melakukan penolakan.
C. Dampak Ekologis Yang Telah Ditimbulkan
1. Sumber air bersih PDAM di Poboya Palu tercemar merkuri
Ketua Tim Peneliti Asosiasi Pertambangan Emas Rakyat Indonesia (Asperi) Sulteng Prof Mappiratu mengatakan sampel air yang diambil dari bak terbuka PDAM yang ada di Poboya mengandung merkuri hingga 0,005 ppm. Asosiasi Pertambangan Emas Rakyat mengambil sampel air di bak terbuka yang kotor dan bersih. Setelah dianalisis di laboratorium, untuk bak kotor mengandung merkuri dengan konsentrasi 0,005 ppm dan air yang bersih 0,004 ppm. Standar air minum maksimal mengandung Merkuri 0,001 ppm. Hasil analisis ini menunjukkan ada potensi pencemaran.
Selain itu masyarakat juga mengeluhkan kondisi air PDAM yang sangat keruh bahkan terkadang seperti membawa kotoran lumpur dan pasir serta terkadang aroma bahan kaporit sangat tajam.
2. Beberapa hewan ternak mati
Di Poboya sudah terjadi kasus ternak mati. Seperti yang telah diberitakan bahwa ternak sapi yang mati tiba-tiba. Sapi tersebut diduga mati akibat minum limbah penambangan emas. Selain itu, berdasarkan keterangan salah seorang keluarga penambang yang saya wawancarai bahwa pernah juga kejadian ada anak kambing yang mati serupa.
3. Bencana longsor lokal
Tambang emas Poboya sering terjadi longsor. Seperti yang pernah diberitakan bahwa pada hari Senin 16 Agustus 2010, tiga penambang yang diketahui warga dari Sulawesi Utara terjebak di dalam lubang yang ikut tertimbun tanah yang longsor.
Selain itu, berdasarkan cerita spontan salah seorang keluarga penambang yang saya temui, bahwa telah sering terjadi longsor di lokasi pertambangan. Dalam beberapa kasus longsor selama ini telah puluhan lebih penambang yang tertimbun longsor, beberapa tak terselamatkan namun ada juga yang selamat. Namun hal tersebut tidak menghentikan aktifitas para penambang.
4. Rusaknya hutan
Daerah Poboya merupakan salah satu hutan di Kota Palu dengan luas 200 hektar. Kawasan ini merupakan daerah penyangga air untuk Palu dan sekitarnya. Namun keberadaan pertambangan emas Poboya telah merusak hutan. Ironisnya Menteri Kehutanan (Menhut) Marzuki Usman menyetujui pemanfaatan kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Poboya di Kotamadya Palu, Sulawesi Tengah, sebagai lokasi tambang emas. Syaratnya, warga yang bermukim di kawasan tersebut tidak melakukan penolakan.
D. Solusi
Untuk menyelamatkan ekologi dan meminimalisir dampak-dampak buruk yang akan ditimbulkan oleh pertambangan emas rakyat Poboya, berikut beberapa solusi dari saya
1. Menerapkan sistem pertambangan yang lebih ramah lingkungan
Jika memungkinkan proses amalgamasi ditiadakan kemudian tromol hanya digunakan untuk menghancurkan batu, selanjutnya diproses dengan sianidasi menggunakan tong berskala kecil tanpa merkuri.
2. Menerapkan sistem pengolahan limbah
Sebelum dibuang, limbah perlu diolah secara khusus untuk meminimalisir dampak buruk yang akan ditimbulkannya.
3. Bioremidiasi pada lokasi-lokasi yang telah tercemar
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan.
Bioremidiasi untuk zat pencemar merkuri menggunakan bakteri Pseudomonas pseudomallei ICBB 1512 berdasarkan hasil temuan Dosen Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB, Dwi Andreas Santoso. Untuk detoksifikasi merkuri, teknologi yang ditemukan Andreas mampu menurunkan merkuri dalam limbah hingga 98,5% dalam waktu 30 menit.
4. Perlu pengawasan dan aturan kegiatan pertambangan emas rakyat
Pengawasan, aturan, dan sanksi yang tegas perlu dipraktekkan untuk meminimalkan dampak buruk terhadap lingkungan
5. Menanamkan kesadaran pada masyarakat
Perlu dilakukan sosialisasi secara berkesinambungan kepada masyarakat Poboya dan para penambang untuk memancing rasa kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup dari kerusakan. Sosialisasi dapat dilakukan dengan mempresentasikan segala dampak buruk yang akan ditimbulkan oleh pertambangan emas Poboya, baik dampak-dampak buruk yang akan terjadi dalam jangka pendek, menangah, dan panjang.
6. Menutup segala aktivitas pertambangan di Poboya
Menutup segala aktivitas pertambangan di Poboya merupakan solusi yang paling efektif untuk menyelamatkan lingkungan. Walaupun pada kenyataannya sangat dilematis, namun pemerintah harusnya lebih memikirkan jaminan kesehatan lebih tiga ratus ribu penduduk kota Palu dibanding mementingkan segelintir orang yang meraup untung dari kepingan emas Poboya.
Untuk menyelamatkan ekologi dan meminimalisir dampak-dampak buruk yang akan ditimbulkan oleh pertambangan emas rakyat Poboya, berikut beberapa solusi dari saya
1. Menerapkan sistem pertambangan yang lebih ramah lingkungan
Jika memungkinkan proses amalgamasi ditiadakan kemudian tromol hanya digunakan untuk menghancurkan batu, selanjutnya diproses dengan sianidasi menggunakan tong berskala kecil tanpa merkuri.
2. Menerapkan sistem pengolahan limbah
Sebelum dibuang, limbah perlu diolah secara khusus untuk meminimalisir dampak buruk yang akan ditimbulkannya.
3. Bioremidiasi pada lokasi-lokasi yang telah tercemar
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan.
Bioremidiasi untuk zat pencemar merkuri menggunakan bakteri Pseudomonas pseudomallei ICBB 1512 berdasarkan hasil temuan Dosen Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB, Dwi Andreas Santoso. Untuk detoksifikasi merkuri, teknologi yang ditemukan Andreas mampu menurunkan merkuri dalam limbah hingga 98,5% dalam waktu 30 menit.
4. Perlu pengawasan dan aturan kegiatan pertambangan emas rakyat
Pengawasan, aturan, dan sanksi yang tegas perlu dipraktekkan untuk meminimalkan dampak buruk terhadap lingkungan
5. Menanamkan kesadaran pada masyarakat
Perlu dilakukan sosialisasi secara berkesinambungan kepada masyarakat Poboya dan para penambang untuk memancing rasa kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup dari kerusakan. Sosialisasi dapat dilakukan dengan mempresentasikan segala dampak buruk yang akan ditimbulkan oleh pertambangan emas Poboya, baik dampak-dampak buruk yang akan terjadi dalam jangka pendek, menangah, dan panjang.
6. Menutup segala aktivitas pertambangan di Poboya
Menutup segala aktivitas pertambangan di Poboya merupakan solusi yang paling efektif untuk menyelamatkan lingkungan. Walaupun pada kenyataannya sangat dilematis, namun pemerintah harusnya lebih memikirkan jaminan kesehatan lebih tiga ratus ribu penduduk kota Palu dibanding mementingkan segelintir orang yang meraup untung dari kepingan emas Poboya.
BAB IV KESIMPULAN
Pada kenyataanya Tambang Emas Rakyat Poboya berdampak buruk bagi kondisi ekologis kawasan Poboya maupun kota Palu. Banyak dampak buruk terhadap lingkungan yang ditimbulkannya, antara lain masalah pencemaran air maupun pencemaran tanah oleh zat merkuri.
Tambang Emas Rakyat Poboya menjadi peristiwa yang dilematis. Disatu sisi tambang rakyat telah memberikan lapangan kerja dan sandaran hidup bagi ribuan warga yang bekerja di areal pertambangan, di sisi lain aktifitas tambang rakyat yang sulit di kontrol telah mengakibatkan kerusakan dan pencemaran lingkungan yang sangat serius.
Peningkatan pengetahuan bagi para penambang tentang pengelolaan limbah penambangan diperlukan untuk meningkatkan kualitas penambangan emas tradisional di Poboya.
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, Tri. 2008. Pencemaran Lingkungan. Klaten: Penerbit Cempaka Putih
http://m3sultra.wordpress.com/2009/11/07/bahaya-merkuri-bagi-lingkungan-dan-kesehtan-manusia/ diakses pada 27 Desember 2010
http://walhisulteng.blogspot.com/2009/08/dampak-tambang-emas-poboya-air-di-jalan.html diakses pada 27 Desember 2010
http://ediwicak.co.cc/index.php?option=com_content&task=view&id=68&Itemid=36 diakses pada 27 Desember 2010
http://kakarmand.blogspot.com/2011/03/makalah-mata-kuliah-ilmu-lingkungan.html
Terjemahan http://www.habercorp.com/index.php?id=22
http://agushardiyanto.blogspot.com/2010/11/air-raksa-merkuri-hydrargirum.html
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_anorganik/raksa-atau-merkuri-bahaya-dan-penanganannya/ diakses pada 28 Desember 2010
http://kotapalu.net/air-pdam-di-poboya-palu-tercemar-merkuri-bisnis-indonesiahttp://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Palu&id=56919
http://sultengnews.blogspot.com/2010/08/lokasi-tambang-poboya-longsor.html
http://www.greenmining.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=238&catid=90&Itemid=107 dibuka pada 28 Desember 2010
Terjemahan http://www.habercorp.com/index.php?id=23
http://id.wikipedia.org/wiki/Poboya,_Palu_Timur,_Palu
http://teluktomini.org/id/beranda/artikel/94-palu--limbah-merkuri-mulai-cemari-poboya.html diakses pada 28 Desember
http://m3sultra.wordpress.com/2009/11/07/bahaya-merkuri-bagi-lingkungan-dan-kesehtan-manusia/ diakses pada 27 Desember 2010
http://walhisulteng.blogspot.com/2009/08/dampak-tambang-emas-poboya-air-di-jalan.html diakses pada 27 Desember 2010
http://ediwicak.co.cc/index.php?option=com_content&task=view&id=68&Itemid=36 diakses pada 27 Desember 2010
http://kakarmand.blogspot.com/2011/03/makalah-mata-kuliah-ilmu-lingkungan.html
Terjemahan http://www.habercorp.com/index.php?id=22
http://agushardiyanto.blogspot.com/2010/11/air-raksa-merkuri-hydrargirum.html
http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_anorganik/raksa-atau-merkuri-bahaya-dan-penanganannya/ diakses pada 28 Desember 2010
http://kotapalu.net/air-pdam-di-poboya-palu-tercemar-merkuri-bisnis-indonesiahttp://www.radarsulteng.com/berita/index.asp?Berita=Palu&id=56919
http://sultengnews.blogspot.com/2010/08/lokasi-tambang-poboya-longsor.html
http://www.greenmining.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=238&catid=90&Itemid=107 dibuka pada 28 Desember 2010
Terjemahan http://www.habercorp.com/index.php?id=23
http://id.wikipedia.org/wiki/Poboya,_Palu_Timur,_Palu
http://teluktomini.org/id/beranda/artikel/94-palu--limbah-merkuri-mulai-cemari-poboya.html diakses pada 28 Desember
0 komentar:
Posting Komentar