This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 09 Juni 2012

UPAYA PEDAGANG AYAM POTONG DINI HARI DALAM MEMPEROLEH DAN MEMPERTAHANKAN PELANGGAN DI PASAR MINGGU KOTA BENGKULU


UPAYA PEDAGANG AYAM POTONG DINI HARI DALAM MEMPEROLEH
DAN MEMPERTAHANKAN PELANGGAN DI PASAR MINGGU
KOTA BENGKULU


Oleh :
REFLIS*), AGUS PURWOKO*)
REVON DORKEN**)



*) Dosen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UNIB
**) Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UNIB



ABSTRACT
            Mid-night broiler sellers is atrader who selling proceed broiler meat such as butchering, boilling, feather extraction, large intestine and et cetera until ready to cook and called as broiler meat. The seller within to running their effort rely on re-buying that conducted by their consumers that consist of bussiness buyer. The researh purposed to find out what are the sellers effort to attain and endure their consumers based on marketing concept that delivered by any sellers that have experiences related with this bussines, and to find out do the sellers had been understand the right marketing concept.
            The respondent within the research is the mid-night broiler sellers that existing at Minggu Market Bengkulu City and sampling was conducted by using census method, where in all of the sellers (28 people) being a respondent. Analysis method was using deskriptive analysis.
            The research resulted that their effort well enough, this is seemed from most of the sellers had been applying that exist in marketing concept that delivered by experience sellers. More over, their understanding to the marketing cocept well enough, it is according to their reasons whitin to assesing the marketing concept that delivered for them, where in most of the sellers understood that the marketing concept is essential to attainned within the effort.
(Program Studi of social Economics of Agriculture, Major of Social Economics of Agriculture, Faculty of  Agriculture, Bengkulu University)


PENDAHULUAN
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, maka makin meningkat pula kebutuhan akan bahan makanan, tidak terkecuali bahan makanan asal hewani, terutama daging. Dalam hal ini daging yang dihasilkan oleh Broiler (ayam pedaging) atau lazimnya disebut ayam potong, memberikan sumbangan yang sangat besar bagi tercukupinya protein hewani. Konsumsi daging ayam meningkat paling pesat jika dibandingkan dengan daging sapi, kambing dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Daging ayam  relatif lebih murah jika dibandingkan dengan harga daging lainnya.
2.      Daging ayam lebih baik dari segi kesehatan karena mengandung sedikit lemak dan kaya protein bila dibandingkan dengan daging sapi dan kambing.
3.      Tidak ada agama yang melarang umatnya untuk mengkonsumsi daging ayam.
4.      Daging ayam memiliki rasa yang umumnya dapat diterima oleh semua golongan masyarakat dan semua umur.
5.      Daging ayam cukup mudah diolah menjadi produk olahan yang bernilai tinggi, mudah disimpan dan mudah dikonsumsi (Priyatno, 1997).
Bagi produsen daging ayam, peningkatan permintaan seperti yang disebutkan di atas, merupakan suatu peluang usaha yang cukup baik untuk dimanfaatkan dalam rangka memperbaiki kondisi perekonomian mereka. Menurut Yusri Usman, dkk (1991), usaha pemanfaatan peluang pasar ayam potong ini memiliki prospek yang cukup baik, karena pemeliharaannya cukup mudah, modalnya relatif kecil dan siklus produksi yang pendek, sehingga modal yang ditanamkan akan cepat kembali.
Di Propinsi Bengkulu, beberapa bentuk usaha masyarakat dalam memanfaatkan peluang pasar ayam potong adalah dengan munculnya para peternak, para pedagang pengecer, para pedagang yang menjual daging ayam potong pada dini hari, serta para pengorder yang menyalurkan ayam dari peternak ke pedagang pengecer dan lain-lain. Jika diamati salah satu bentuk usaha di atas, yaitu pedagang yang menjual ayam potong pada dini hari, maka terdapat satu perbedaan yang sangat besar antara kelompok pedagang ini dengan pedagang pengecer yang berdagang pada siang hari, meskipun teknologi yang digunakan dan bentuk komoditas yang diperdagangkan sama. Para pedagang yang menjual ayam potong pada dini hari atau pedagang dini hari ini adalah para pedagang yang memulai usaha mereka kira-kira pukul 02.00 wib dini hari hingga dagangan mereka habis terjual. Dalam menjual daging ayam potong para pedagang ini sangat mengandalkan pembelian ulang para pelanggan mereka, yang terdiri dari pengusaha restoran, warung nasi, penjual sate, pangsit, soto, tukang sayur dan lain-lain. Para pelanggan ini adalah pelanggan tetap yang melakukan pembelian dengan frekuensi yang relatif stabil, misalnya setiap hari, dua hari sekali, seminggu sekali dan sebagainya.
Adanya kondisi dimana para pedagang ini sangat tergantung kepada pembelian ulang pelanggan mereka, menyebabkan keberadaan pelanggan tetap akan menjadi sangat penting bagi kelanjutan usaha ini. Berdasarkan  kenyataan tersebut, maka para padagang selalu memperhatikan hal-hal yang mereka anggap berpengaruh bagi keberhasilan mereka dalam memperoleh dan mempertahankan pelanggan. Para pedagang yang sudah lama menekuni bidang usaha ini umumnya sudah dapat mendefinisikan hal-hal yang dianggap berpengaruh terhadap keberhasilan mereka dalam memperoleh dan mempertahankan pelanggan.            Berdasarkan hal-hal yang dianggap berpengaruh tersebut mereka lalu membentuk suatu konsep pemasaran (konsep keberhasilan memperoleh dan mempertahankan pelanggan), yang akan menjadi acuan bagi mereka dalam menjalankan usahanya. Bagaimana upaya  keseluruhan pedagang menjalankan usaha dan apakah sesuai dengan konsep pemasaran yang disampaikan tersebut sejauh ini belum dapat diketahui, sebab belum ada suatu upaya pembuktian secara empiris mengenai hal tersebut. Oleh karena itu suatu upaya pengukuran mengenai hal tersebut dirasa cukup perlu untuk dapat menjelaskan bagaimana upaya para pedagang ayam potong dalam memperoleh dan mempertahankan pelanggan.
Melalui penelitian ini diharapkan juga dapat diketahui sejauh mana para pedagang memahami teori pemasaran dengan benar, sehingga memungkinkan bagi pihak-pihak terkait untuk dapat melakukan perbaikan demi terwujudnya kegiatan usaha pemasaran yang lebih baik, yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan para pedagang itu sendiri

METODOLOGI PENELITIAN
            Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Pasar Minggu, Kota Bengkulu. Pertimbangannya pasar tersebut merupakan salah satu pasar terbesar yang ada di Kota Bengkulu dan terdapat banyak pedagang yang menjual daging ayam potong pada dini hari. Kemudian penelitian dilaksanakan 11 April – 11 Mei 2009.
            Berdasarkan hasil survey awal, tercatat jumlah keseluruhan pedagang ayam potong ada 28 orang, terdiri dari 7 orang laki-laki dan 21 orang perempuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Usaha Pedagang Ayam Potong Dini Hari
         Tabel di bawah ini menunjukkan kegiatan usaha para pedagang ayam potong dini hari di pasar Minggu  kota Bengkulu yang diamati pada kegiatan penelitian ini .


Tabel 1. Kegiatan Usaha Pedagang Ayam Potong Dini Hari di Pasar Mingu Kota Bengkulu
No
Uraian
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Rata-rata
1
Pembelian Ayam Hidup


117,36

• Banyak (> 162,26 kg)
5
17,86


• Sedang (72,45 - 162,26 kg)
14
50,00


• Sedikit (< 72,45 kg)
9
32,14

2
Asal Pembelian Ayam Hidup




• Peternak
15
53,57


• Pedagang Perantara
13
46,43

3
Harga Beli


8.639,29

• Rp 8.500,- / kg
15
53,57


• Rp 8.800,- / kg
13
46,43

4
Jumlah Pelanggan


14,79

• Banyak (> 16,88 orang)
9
32,14


• Sedang (12,69 - 16,88 orang)
10
35,71


• Sedikit (<12,69 orang)
9
32,14

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (lampiran 2)


Pembelian Ayam Hidup
         Semakin banyak jumlah pembelian ayam hidup menunjukkan bahwa volume kegiatan usaha yang semakin besar. Dalam kegiatan usaha yang efektif maka peningkatan volume kegiatan usaha akan meningkatkan laba.
         Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pembelian ayam hidup para pedagang berkisar antara 35 – 320 Kg per hari, dimana mayoritas pedagang masuk kedalam kategori pedagang yang menawarkan dalam jumlah sedang (72,45 – 162,26 Kg), yaitu sebanyak 50 %.

Asal  dan Harga Pembelian Ayam Hidup
         Tempat pembelian Broiler bagi para pedagang hanya dua macam, yaitu membeli langsung ke peternak dan membeli melalui pedagang perantara. Perbedaan tempat pembelian ini mengakibatkan perbedaan harga yang diterima oleh para pedagang ayam potong. Jika membeli langsung ke peternak para pedagang akan memperoleh harga Rp 8.500,- dengan konsekuensi harus bersusah payah untuk mengambil sendiri ayam ke kandang. Sedangkan para pedagang yang membeli dengan pedagang perantara terpaksa membayar Rp 8.800,- per Kg, tapi broiler tersebut diantarkan langsung ke rumah-rumah para pedagang.
         Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pedagang yang membeli ayam ke peternak dan ke pedagang perantara hampir sama, yaitu 53,57 % membeli ke peternak dan 46,43 % membeli ke pedagang perantara.

Jumlah Pelanggan Pedagang Ayam Potong Dini Hari
         Jumlah pelanggan akan berhubungan dengan volume kegiatan usaha dimana bertambahnya jumlah pelanggan akan menambah volume kegiatan usaha. Pada kegiatan usaha pedagang ayam potong keberadaan para pelanggan tersebut sangatlah penting karena usaha ini sangat tergantung pada pembelian ulang.
         Hasil penelitian menunjukkan bahwa para pedagang masuk ke dalam ketiga kategori jumlah pelanggan dengan jumlah yang hampir sama, yaitu kategori pelanggan banyak (> 16,88 orang) sebanyak 32,14 %, kategori pelanggan sedang (12,69 – 16,88 orang) yaitu 35,71 % dan kategori pelanggan dalam jumlah sedikit (< 12,69 orang) yaitu sebanyak 32,14 %.

Upaya Pedagang dalam Memperoleh Pelanggan
         Keberhasilan pedagang ayam potong pada dini hari dalam menjalankan usahanya sangat tergantung pada keberhasilan mereka dalam memperoleh dan mempertahankan pelanggan, karena usaha ini sangat tergantung pada pembelian ulang yang dilakukan oleh para pelanggan tetap.  Upaya-upaya yang dilakukan pedagang dalam berusaha merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan mereka dalam memperoleh dan mempertahankan pelanggan.
         Berikut ini disajikan tabel mengenai upaya para pedagang dalam memperoleh pelanggan melalui upaya memaksimalkan nilai terhantar.

  
Tabel 3. Upaya Pedagang dalam Memperoleh Pelanggan

No
Uraian
Upaya Pedagang

Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
Jml (org)
%
Jml (org)
%
Jml (org)
%
1.
Upaya Meningkatkan Nilai Produk
1.Menjual ayam potong yang masih segar dengan warna agak kekuning-kuningan
2.Menjual daging ayam potong yang benar-benar bersih dari bulu, darah beku dan kotoran-kotoran lainnya
3.Menjual daging ayam potong yang berat hidupnya antara 0,8 -2,5 kg.
4.Mengurangi kandungan lemak pada daging yang akan diberikan kepada konsumen
5.Memberikan produk yang benar-benar sesuai dengan bentuk potongan dan berat ayam yang dipesan oleh pembeli.



21


8

15


13


18


75


28,6

53.57


46.4


64.3


7


20

13


15


10


25


71.4

46.43


53.6


35.7


-


-

-


-


-


-


-

-


-


-
2.
Memberikan Pelayanan yang Baik
1. Melayani pembeli dalm waktu yang relatif singkat yang disesuaikan dengan pesanan pembeli
2. Menyediakan tempat penitipan barang
3. Melayani pembelian tidak tunai untuk suatu tempo pembayaran tertentu yang dijanjikan oleh konsumen
4.  



21
6


12



75
21.4


42.9



7
18


16



25
64.3


57.1



-
4


-



-
14.29


-
3.
Meningkatkan Kemampuan Personil
1.  Berupaya meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan terutama yang berhubungan dengan masalah bisnis
2.  Mempelajari strategi pemasaran yang digunakan oleh produsen saingan
3.  Mengupayakan kemampuan berkomunikasi dan meyakinkan pelanggan
4.  Mengupayakan kemampuan menguasai teknik pemotongan ayam dengan baik



3

10


22

28



10.7

35.7


78.6

100



19

11


5

-



67.9

39.3


17.9

-



6

7


1

-



21.4

25


3.57

-
4.
Upaya Meningkatkan Citra Pedagang
1.  Menggunakan timbangan yang berkualitas baik
2.  Membuat meja minimal berukuran 1,5 x 1 meter
3.  Mengupayakan ketersediaan modal
4.  Berupaya disiplin dalam berdagang
5.  Membiasakan untuk memberi tahu konsumen sebelumnya jika akan libur


28

18
15
27

8


100

64.3
53.6
96.4

28.6


-

9
13
1

20


-

32.1
46.4
3.57

71.4


-

1
-
-

-


-

3.57
-
-

-




Lanjutan Tabel 3. Upaya Pedagang dalam Memperoleh Pelanggan
No
Uraian
Upaya Pedagang

Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
Jml (org)
%
Jml (org)
%
Jml (org)
%
5.
Mengurangi Pengorbanan Biaya, Waktu dan Tenaga yang Dikeluarkan oleh Konsumen
1.  Menjual barang dagangan sesuai dengan harga pasaran terendah
2.  Memberikan potongan harga untuk pembelian dalam jumlah besar
3.  Menempatkan meja dagangan pada posisi yang strategis dan mudah dijangkau
4.  Melakukan promosi yang sifatnya interpersonal baik di pasar maupun di lingkungan luar
5.  mencari informasi mengenai pembeli yang potensial
6. 




8

8


11


8

13




28.6

28.6


39.3


28.6

46.4




17

18


17


16

9




60.7

64.3


60.7


57.1

32.1




3

2


-


4

6




10.7

7.14


-


14.3

21.4
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (lampiran 3)

        

Menurut Berry dan Parasumaran (1984) dalam Kotler (1993), salah satu upaya untuk keberhasilan memperoleh pelanggan adalah dengan memaksimalkan nilai terhantar pada pelanggan malebihi produsen saingan. Dimana nilai terhantar merupakan selisih antara nilai yang diperoleh pelanggan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pelanggan tersebut.
         Pada penelitian ini upaya yang dilakukan pedagang diamati melalui pendekatan konsep tersebut, yaitu apa yang akan dilakukan oleh para pedagang dalam upaya untuk memaksimalkan nilai terhantar.  Berdasarkan teori nilai terhantar, maka nilai yang akan diperoleh oleh pelanggan dari kegiatan pembelian adalah nilai produk, nilai pelayanan, nilai personil dan nilai citra. Sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh para pelanggan adalah biaya moneter, biaya waktu, tenaga dan pikiran.
         Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap para pedagang ayam potong dini hari di pasar minggu, seperti terlihat pada tabel 3, diperoleh gambaran bahwa upaya yang dilakukan  para pedagang sudah cukup baik. Lebih jelasnya mengenai upaya para pedagang dalam memperoleh pelanggan adalah sebagai berikut :

Upaya untuk Meningkatkan Nilai Produk
         Memberikan produk yang bermutu dan dapat memuaskan pelanggan merupakan salah satu upaya untuk memaksimalkan nilai terhantar. Beberapa upaya yang dilakukan oleh para pedagang untuk menciptakan produk ayam potong yang berkualitas baik adalah :

1. Menjual ayam potong yang masih segar dengan warna agak kekuning-kuningan
            Dari keseluruhan responden diketahui ternyata 75 % menyatakan selalu mengupayakan hal tersebut dan 25 % menyatakan kadang-kadang. Para pedagang yang menyatakan tidak selalu menjual ayam yang baik tersebut beralasan bahwa terkadang ada ayam yang tidak habis terjual dan harus dijual keesokan harinya dalam keadaan yang tidak lagi segar. Kemudian ada juga pedagang yang menjual ayam afkir yang ditawarkan peternak dengan harga yang lebih murah, padahal kualitas dagingnya tidak sebaik daging ayam yang normal.

2.   Menjual daging ayam potong yang benar-benar bersih bersih dari bulu, darah beku dan kotoran-kotoran lainnya
            Pada tabel di atas terlihat bahwa dari keseluruhan responden hanya 28,6 % yang menyatakan selalu mengupayakan hal tersebut, dan selebihnya menyatakan kadang-kadang yaitu sebanyak 71,4 %. Banyaknya pedagang yang tidak mampu memberikan ayam yang benar-benar bersih ini terkait dengan kegiatan pengolahan broiler menjadi ayam potong yang dilakukan pada dini hari. Kondisi ini menyebabkan keterbatasan waktu dan kesulitan untuk mencari pengganti tenaga kerja pada saat ada yang tiba-tiba berhalangan.

3. Menjual daging ayam potong yang berat hidupnya berkisar antara 0,8 – 2,5 Kg
            Berat ayam di atas adalah berat ayam yang paling umum dijual oleh para pedagang di lokasi penelitian. Jika lebih kecil atau lebih besar menurut para pedagang maka ayam tersebut akan sulit untuk laku di jual.
Bedasarkan hasil penelitian diketahui bahwa para pedagang yang selalu menjual ayam potong dengan berat tersebut adalah sebanyak 46,4 %, sedangkan yang yang menjawab kadang-kadang sebanyak 53,6 %.
Alasan para pedagang yang menjawab kadang-kadang adalah ayam yang beratnya lebih dari yang disebutkan di atas biasanya ditawarkan dengan harga murah dan untuk keperluan tertentu ayam tersebut dapat digunakan, misalnya untuk keperluan konsumsi pada acara pesta.

4. Mengurangi kandungan lemak pada daging yang akan diberikan pada konsumen 
         Lemak yang melekat pada daging akan merugikan pembeli, apalagi pembeli dalam jumlah banyak, sebab pada saat ayam akan diolah lemak tersebut akan dibuang. Padahal harganya sama dengan harga daging ayam karena ditimbang bersamaan dengan daging.
Bedasarkan hasil penelitian diketahui bahwa para pedagang 46,4 % selalu mengurangi kandungan lemak tersebut dan 53,6 % menyatakan kadang-kadang. Alasan para pedagang yang tidak membersihkan kandungan lemak adalah takut usaha mereka akan merugi.

5.   Memberikan produk yang benar-benar sesuai dengan bentuk potongan dan berat ayam yang dipesan oleh pembeli
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64,3 % pedagang menjawab selalu mengupayakan hal tersebut, sedangkan 35,7 % menjawab kadang-kadang. Para pedagang yang tidak bisa selalu memberikan produk yang benar-benar sesuai beralasan karena ayam yang dipesan kadang-kadang tidak ada atau terjadi ketidak cocokan antara ayam yang diantar oleh pedagang perantara dengan ayam yang dipesan oleh pembeli.

Upaya untuk Memberikan Pelayanan yang Baik.
         Upaya selanjutnya dalam memaksimalkan nilai terhantar adalah dengan mengoptimalkan kualitas pelayanan terhadap para konsumen. Beberapa upaya yang dilakukan oleh para pedagang dalam mengoptimalkan pelayanan, adalah :

1.   Melayani pembeli dalam waktu yang relatif singkat yang disesuaikan dengan jumlah ayam yang dipesan oleh pembeli
Pelayanan yang cepat dan tepat sangat diperlukan pada usaha pedagang ayam potong dini hari ini, sebab para pembeli yang merupakan pembeli bisnis memiliki keterbatasan waktu. Hal ini karena ayam yang dibeli sebagian besar akan diolah lebih lanjut pada pagi hari tersebut.Para pedagang pada lokasi penelitian 75 % selalu mengupayakan pelayanan cepat, sedangkan 25 % menyatakan kadang-kadang , dengan alasan yang cukup bervariasi, namun mencerminkan keterbatasan mereka secara pribadi, seperti sulitnya melayani bentuk potongan tertentu, para pembeli yang datang bersamaan dan lain sebagainya.

2. Menyediakan tempat penitipan barang
Bagi mayoritas pembeli pasar pagi, tempat penitipan barang sangat diperlukan sebab selain memberi rasa aman dari kerugian akibat kehilangan, tempat penitipan juga mengurangi kemungkinan ketertinggalan barang. Para pedagang pada lokasi penelitian 21,4 % menyatakan selalu menyediakan tempat penitipan barang, 64,3 % kadang-kadang dan 42,9 % menyatakan tidak pernah. Para pedagang yang menyatakan kadang-kadang beralasan bahwa untuk memperoleh lokasi yang cukup luas di pasar Minggu cukup sulit dan harganyapun cukup mahal. Sedangkan mereka yang menyatakan tidak pernah sebagian beralasan sama, yaitu masalah permodalan dan sebagian lagi beralasan bahwa tempat penitipan barang tidak perlu untuk disediakan.

3. Melayani pembelian tidak tunai untuk suatu tempo pembayaran tertentu yang dijanjikan oleh konsumen.
Para pedagang pada lokasi penelitian pada dasarnya bersedia untuk melayani pembelian tidak tunai tersebut, namun sebagian pedagang memiliki keterbatasan modal untuk menutupi setoran. Hal ini terlihat dari 57,1 % pedagang yang menyatakan kadang-kadang beralasan sama yaitu masalah permodalan. Para pedagang beranggapan bahwa dalam suatu kegiatan bisnis pasti akan terjadi proses utang-piutang, namun pembeli yang dilayani haruslah pembeli yang menguntungkan dan dapat dipercaya.

Meningkatkan Kemampuan Personil ( Pedagang )
            Kemampuan pedagang dalam hal ini adalah kemampuan disegala bidang yang ada keterkaitannya dengan keberhasilan mereka dalam menjalankan usaha.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh para pedagang untuk meningkatkan kemampuan mereka adalah :
1.   Meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan, terutama yang berhubungan dengan masalah bisnis

Setiap tantangan yang dihadapi dalam keagiatan usaha sangat memerlukan adanya wawasan dan pengetahuan agar dapat diatasi dengan baik.
Para pedagang pada lokasi penelitian hanya 10,7 % yang menyatakan selalu mengupayakan hal tersebut. Sedangkan 67,9 % menyatakan kadang-kadang dan 21,4 % menyatakan tidak pernah.  Para pedagang yang menyatakan kadang-kadang dan tidak pernah menyatakan alasan keterbatasan waktu  dan sebagian ada yang menyatakan tidak mengetahui bagaimana cara memperoleh pengetahuan tersebut.

2.   Mempelajari strategi pemasaran yang digunakan oleh pedagang lain

Semakin baik strategi pemasaran yang digunakan maka akan semakin besar pula kemungkinan suatu  usaha tersebut untuk berkembang.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 35,7 % pedagang selalu mengupayakan hal tersebut, 39,3 menyatakan kadang-kadang dan 25 % menjawab tidak pernah. Pedagang yang menjawab kadang-kadang beralasan karena keterbatasan waktu dan menganggap strategi tersebut tidak jauh berbeda antar pedagang. Sedangkan pedagang yang menyatakan tidak pernah sebagian beralasan keterbatasan waktu dan sebagian lagi menganggap hal tersebut tidak perlu.

3.      Mengupayakan kemampuan berkomunikasi dan meyakinkan pelanggan

Komunikasi yang efektif akan menjadikan proses penyampaian pesan menjadi sempurna dan akan sangat berpengaruh bagi tercapainya tujuan sang pembicara. Komunikasi sangat diperlukan disegala bidang kehidupan untuk mencapai kesepahaman dan kerja sama.
Para pedagang pada lokasi penelitian 78,6 % menjawab selalu mengupayakan hal tersebut, kemudian 17,9 % menayatakan kadang-kadang dan 3,57 % menyatakan tidak pernah. Alasan pedagang yang menyatakan kadang-kadang adalah keterbatasan waktu dan tidak tahu bagaimana cara mengupayakan kemampuan tersebut. Kemudian pedagang yang menjawab tidak pernah beranggapan bahwa hal tersebut tidak perlu.

4. Mengupayakan kemampuan menguasai teknik pemotongan ayam dengan baik

Kemampuan seorang pedagang dalam menguasai hal tersebut sangat mempengaruhi kesesuaian antara bentuk potongan yang diminta oleh pelanggan dengan bentuk yang diberikan oleh para pedagang, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap kepuasan pembeli.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa keseluruhan pedagang selalu berupaya untuk menguasai teknik pemotongan ayam dengan baik.

Upaya Meningkatkan Citra Pedagang
            Nilai citra merupakan penilaian konsumen terhadap kinerja penawaran produsen secara keseluruhan, berdasarkan pengalaman pembelian terdahulu atau informasi-informasi lainnya.
Para pedagang pada lokasi penelitian berupaya membangun citra mereka sebagai pedagang yang baik dengan cara sebagai berikut :

1.   Menggunakan timbangan yang berkualitas baik
Timbangan yang digunakan dalam berdagang sangat erat keterkaitannya dengan kejujuran dalam berdagang, sebab pada saat timbangan kurang konsumen pada umumnya merasa bahwa pedagang tersebut tidak jujur dan sengaja mempengaruhi alat timbangan yang dipakai untuk berjualan.
Karena usaha ini sangat tergantung pada pembelian ulang, maka seluruh pedagang selalu berusaha menggunakan timbangan yang akurat dalam berdagang. Hal ini terlihat pada tabel 3, dimana 100 % pedagang menjawab selalu mengupayakan timbangan yang berkualitas baik.

2. Membuat meja yang ukurannya minimal 1,5 x 1 meter

Ukuran meja yang besar akan identik dengan jumlah ayam yang dijual oleh pedagang tersebut. Hal ini menurut beberapa pedagang yang sudah berpengalaman akan mempengaruhi konsumen yang baru mencari-cari tempat membeli, khususnya yang akan membeli dalam jumlah banyak.
Para pedagang pada lokasi penelitian 64,3 % menyatakan selalu membuat meja seperti yang dimaksud, kemudian 32,1 % menyatakan kadang-kadang dan 3,57 % menyatakan tidak pernah. Para pedagang yang menjawab kadang-kadang beralasan bahwa mereka sering kesullitan untuk untukmemperoleh lokasi yang memadai karena keterbatasan dana. Sedangkan pedagang yang menyatakan tidak pernah beralasan bahwa hal tersebut tidak perlu.

3. Mengupayakan ketersediaan modal

Ketersediaan modal sangat menetukan bagi perkembangan suatu usaha. Bagi pedagang ayam potong dini hari pada lokasi penelitian ketersediaan modal sangat diperlukan untuk mengantisipasi kerugian dan mengatasi pembelian dengan beberapa bentuk atau cara pembayaran. Misalnya beberapa hari sekali, mingguan atau bahkan bulanan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 53,6 % pedagang selalu mengupayakan keersediaan modal dan  46,4 % menyatakan kadang-kadang. Para pedagang yang menyatakan kadang-kadang beralasan sulitnya memperoleh pinjaman dari pihak luar, terutama dari perbankan. Para pedagang yang mampu mendapatkan bantuan permodalan memperoleh modal tersebut dari perbankan, peternak dan pedagang perantara.

4. Menjaga kedisiplinan dalam berdagang
Kedisiplinan para pedagang akan berpengaruh pada usaha para pelanggan mereka, sebab para pedagang yang tidak disiplin akan menghambat kontinuitas bahan baku bagi usaha para pelanggannya. Ketidakdisiplinan para pedagang akan membuat orang menjadi ragu untuk berlangganan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 96,4 % pedagang menyatakan selalu disiplin dalam berdagang, sedangkan 3,57 % memilih kadang-kadang dengan alasan adanya keterbatasan tertentu, seperti adanya urusan-urusan lain yang memaksa tidak berdagang.

5.   Membiasakan untuk memberitahu pelanggan sebelum libur

Kebiasaan ini sangat diperlukan supaya pembeli mau berlangganan, sebab dengan adanya kebiasaan pedagang seperti ini, maka konsumen bisa leluasa mencari pedagang lain untuk sementara waktu, sehingga kelancaran usaha mereka tidak terganggu.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 28,6 % pedagang menyatakan selalu mengupayakan hal tersebut dan 71,4 % menyatakan kadang-kadang, dengan alasan yang sama yaitu masalah keterbatasan sarana komunikasi antara pembeli dan konsumen.

Mengurangi Pengorbanan Biaya, Waktu dan Tenaga yang Dikeluarkan oleh Konsumen
            Dalam memaksimalkan nilai terhantar selain berupaya memaksimalkan nilai yang akan diberikan kepada konsumen, produsen juga dapat berupaya mengurangi pengorbanan biaya, waktu dan tenaga yang dikeluarkan oleh konsumen.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh para pedagang pada lokasi penelitian untuk mengupayakan hal tersebut adalah :

1.   Menjual barang dagangan sesuai dengan harga pasaran terendah
Pada lokasi penelitian para pedagang menjual barang dagangan dengan dua macam harga yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan modal beli per kg antara pedagang yang membeli kepeternak dan pedagang yang membeli ke pedagang perantara.
Para pedagang pada lokasi penelitian 28,6 % selalu berupaya menjual ayam potong dengan harga pasaran terendah, sedangkan 60,7 % menyatakan kadang-kadang dan 10,7 % menyatakan tidak pernah. Para pedagang yang menjawab kadang-kadang beralasan harga beli mereka lebih tinggi dan pedagang yang menjawab tidak pernah menilai hal tersebut tidak perlu.

2.   Memberikan potongan harga untuk pembelian dalam jumlah besar
Sebagai sebuah strategi pemasaran hal ini sangat umum digunakan disegala bentuk dan bidak usaha, dengan tujuan untuk memperbesar omset usaha.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa para pedagang pada lokasi penelitian 28,6 % menyatakan bahwa mereka selalu memberikan potongan tersebut, 64,3 % menyatakan kadang-kadang dan 7,14 % menyatakan tidak pernah. Para pedagang yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah beralasan bahwa mereka tidak dapat merincikan modal usaha mereka secara pasti. Para pedagang tidak tahu pasti pada harga berapa usaha mereka akan rugi, impas dan mulai menguntungkan. Hal inilah yang menyebabkan para pedagang tidak berani mempermainkan harga meskipun ada pembelian dalam jumlah besar.

3.      Menempatkan meja dagangan pada posisi yang strategis dan mudah dijangkau

Pada saat penelitian dilakukan, di pasar Minggu belum ada pengaturan khusus mengenai lokasi para pedagang ayam potong, sehingga lokasi mereka tidak terkonsentrasi pada suatu lokasi tertentu, melainkan menyebar dibeberapa lokasi diseluruh pasar. Lokasi yang strategis akan memudahkan akses ke tempat tersebut sehingga memudahkan konsumen untuk melakukan pembelian.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 39,3 % pedagang menyatakan bahwa mereka selalu berupaya menempatkan meja seperti yang dimaksud dan  60,7 % menyatakan kadang-kadang. Para pedagang yang mnjawab kadang-kadang beralasan bahwa mereka kesulitan memperoleh lokasi yang demikian karena keterbatasan permodalan.

4.   Melakukan promosi yang sifatnya interpersonal, baik di pasar maupun di lingkungan luar

Sebagai usaha perorangan yang berskala kecil usaha pedagang ayam potong dini hari juga membutuhkan promosi untuk membantu perkembangannya, namun promosi tersebut hanya terbatas pada promosi orang per orang.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 28,6 % pedagang menyatakan selalu mengupayakan hal tersebut, 57,1 % menyatakan kadang-kadang dan 14,3 % menyatakan tidak pernah.

5.      Mencari informasi mengenai pembeli yang  potensial
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 46,4 % pedagang menyatakan bahwa mereka selalu berupaya mencari informasi tersebut, sedangkan 32,1 % menyatakan kadang-kadang dan 21,4 % menyatakan tidak pernah. Para pedagang yang menyatakan kadang-kadang beralasan keterbatasan waktu dan para pedagang yang  menjawab tidak pernah menilai bahwa hal tersebut tidak perlu.

Upaya Pedagang dalam Mempertahankan Pelanggan
            Berikut ini disajikan tabel mengenai upaya yang dilakukan pedagang dalam mempertahankan pelanggan melalui upaya menghindari pelanggan untuk berganti pemasok dan memberikan kepuasan yang tinggi.


Tabel 4. Upaya  Pedagang Ayam Potong dalam Mempertahankan Pelanggan
No
Uraian
Upaya Pedagang

Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
Jml (org)
%
Jml (org)
%
Jml (org)
%
1.
Upaya untuk menghindari pelanggan berganti pemasok
1.  Memberikan harga yang lebih murah bagi pelanggan setia
2.  Menyempurnakan bentuk potongan daging ayam potong yang akan diberikan kepada pelanggan setia




4


28



14.3


100



13


-



46.4


-



11


-



39.3


-
2.
Memberikan kepuasan yang tinggi kepada pelanggan setia
1.   Memberikan tanggapan yang baik terhadap keluhan pelanggan
2.   Terus menerus mempelajari perkembangan kebutuhan pelanggan setia
3.   Memberikan pelayanan khusus kepada pelanggan setia.




20


12

7



71.4


42.9

25



8


13

17



28.6


46.4

60.7



-


3

4



-


10.7

14.3
Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer (lampiran 3)
           

Hasil penelitian pada tabel 4 menunjukkan bahwa tidak banyak upaya yang dilakukan oleh para pedagang untuk mempertahankan pelanggan.
Lebih jelasnya mengenai upaya pedagang dalam mempertahankan pelanggan, sebagai berikut

Upaya untuk Menghindari Pelanggan Berganti Pemasok
            Pelanggan akan merasa sulit untuk berganti pemasok apabila di tempat berlangganan sebelumnya ia mendapat modal yang lebih murah, mendapatkan potongan harga, ditambah lagi kesulitan dan kerepotan untuk mencari pemasok baru yang lebih baik.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh para pedagang ayam potong dini hari pada lokasi penelitian untuk menyulitkan pelanggan mereka untuk berganti pemasok adalah :

1.      Memberikan harga yang lebih murah kepada pelanggan setia

Harga yang lebih murah akan memberikan keuntungan finansial bagi para pelanggan setia, namun sebagai sebuah strategi pemasaran hal ini sangat umum dan mudah ditiru oleh semua orang.
Pada lokasi penelitian diketahui bahwa 14,3 % pedagang selalu membedakan harga untuk pelanggan setia, 46,4 % menyatakan kadang-kadang dan 39,3 % menyatakan tidak pernah.
Para pedagang yang menyatakan kadang-kadang beralasan bahwa mereka kesulitan untuk membuat perincian harga yang tepat dan takut merugi. Sedangkan para pedagang yang menjawab tidak pernah menilai bahwa hal tersebut tidak perlu.

2.      Menyempurnakan bentuk potongan daging ayam potong yang akan diberikan kepada pelanggan setia

Para pelanggan ayam potong membeli ayam dengan berbagai bentuk potongan dan berat ayam yang berbeda-beda. Oleh karena itu kemampuan seorang pedagang dalam menguasai berbagai teknik pemotongan daging ayam potong sangat diperlukan, supaya produk yang dihasilkan dapat sesuai dengan pesanan. Semakin sesuai produk yang dipesan oleh pembeli dengan produk yang diberikan oleh pedagang, maka akan semakin sulit pula pelanggan tersebut untuk pindah tempat berlangganan, sebab kemampuan teknik pemotongan daging ayam antar pedagang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 100 % atau selutruh responden menyatakan bahwa mereka selalu mengupayakan hal tersebut.

Upaya untuk Memberikan Kepuasan yang Tinggi kepada Pelanggan
            Sebelum melakukan pembelian seorang pelanggan sudah memiliki harapan tertentu terhadap produk yang akan mereka beli. Selanjutnya setelah melakukan pembelian barulah mereka membandingkan harapan tersebut dengan kinerja produk yang mereka dapatkan. Apabila kinerja berada dibawah harapan maka pelanggan akan kecewa, jika kinerja sama dengan harapan maka pelanggan akan merasa puas dan kinerja yang melebihi harapan akan membuat pelanggan merasa sangat puas, senang dan gembira.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh para pedagang pada lokasi penelitian untuk memberikan kepuasan yang tinggi kepada pelanggan mereka, adalah :

1.      Memberikan tanggapan yang baik terhadap keluhan pelanggan

Tanggapan dan keluhan pelanggan sangat diperlukan untuk membantu penciptaan kualitas penawaran yang baik. Pada beberapa bentuk usaha berskala besar hal ini diupayakan melalui pembagian formulir isian, penyediaan kotak saran, penyediaan saluran telepon bebas pulsa dan lain-lain. Para pedagang yang diamati pada penelitian ini memperoleh tanggapan dan keluhan pelanggan secara langsung karena antara pedagang dan pembeli langsung bertemu.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 71,4 % pedagang menyatakan bahwa mereka selalu mengupayakan hal tersebut dan 28,6 % menyatakan kadang-kadang. Para pedagang yang menyatakan kadang-kadang beralasan bahwa beberapa keluhan tidak perlu ditanggapi karena terlalu memberatkan sehingga sebagian harus diabaikan.

2. Berupaya untuk terus menerus mempelajari perkembangan kebutuhan pelanggan setia

Seseorang yang sudah dipahami kebutuhannya akan semakin mudah untuk dilayani dengan baik. Pemahaman kebutuhan seseorang akan diperoleh melalui sosialisasi atau pengenalan secara mendalam terhadap orang tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 42,9 % pedagang pada lokasi penelitian selalu mengupayakan hal tersebut, 46,4 % menyatakan kadang-kadang dan 10,7 % pedagang menyatakan tidak pernah.
Para pedagang yang menjawab kadang-kadang beralasan bahwa kebutuhan pelanggan tidak akan jauh berubah dan alasan lainnya adalah keterbatasan waktu. Sedangkan pedagang yang menjawab tidak pernah beranggapan bahwa hal tersebut tidak perlu.

3. Memberikan pelayanan yang lebih khusus kepada pelanggan setia

Pelayanan khusus yang diberikan kepada pelanggan setia dimaksudkan sebagai penghargaan atas kesediaan mereka untuk berlangganan. Beberapa pelayanan khusus pada kegiatan pemasaran misalnya pelayanan khusus berdasarkan frekuensi transaksi pada hotel yang ditandai dengan kredit tertentu, setelah tercapai kredit yang dimaksud maka pelanggan tersebut akan memperoleh kamar yang yang berkelas lebih tinggi atau bahkan layanan kamar gratis.
Para pedagang pada lokasi penelitian 25 % menyatakan bahwa mereka selalu berupaya memberikan pelayanan tersebut, 60,7 % menyatakan kadang-kadang dan 14,3 % menyatakan tidak pernah. Para pedagang yang menyatakan kadang-kadang beralasan bahwa para pelanggan mereka tidak meminta pelayanan khusus. Sedangkan pedagang yang menyatakan tidak pernah menilai bahwa hal tersebut tidak perlu. Beberapa bentuk pelayanan khusus yang diberikan oleh para pedagang adalah membantu menyusun barang belanjaan yang dititipkan pelanggan, memilah ayam uyang kualitasnya paling bagus untuk diberikan kepada pelanggan setia dan mengantarkan pesanan ke tempat tertentu sesuai permintaan pelanggan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.      Upaya pedagang dalam memperoleh dan mempertahankan pelanggan sudah cukup baik.  Hal ini terlihat dari banyaknya pedagang yang telah melakukan upaya-upaya yang terdapat pada konsep pemasaran.
2.      Mayoritas pedagang pada lokasi penelitian sudah memahami konsep pemasaran dengan baik.  Hal ini berdasarkan alasan yang disampaikan oleh para pedagang.  Dimana hanya sebagian kecil padagang saja yang masih beranggapan bahwa upaya-upaya dalam memperolah dan mempertahankan pelanggan yang disampaikan tidak begitu penting untuk diupayakan.
           
SARAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa upaya dan pemahaman para pedagang terhadap konsep pamsaran sudah cukup baik.  Namun masih ada beberapa pedagang yang menemui kendala yang menghambat upaya mereka dalam memperoleh dan mempertahankan pelanggan.  Kendala tersebut diantaranya adalah keterbatasan waktu, kesulitan permodalan dan kesulitan mencari sumber pengetahuan.  Oleh karena itu kepada para pedagang tersebut disarankan untuk melakukan pendekatan pada beberapa pedagang berpengalaman untuk mengatasi persoalan yang mereka hadapi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 1993.  Prosedur Penelitian, Suatu pendekatan Praktik.  PT Rineka Cipta, Jakarta
Fitriani. 2003. Analisa Permintan Ayam Broiler Dan Sikap Konsumen Terhadap Hasil Olahan Ayam Broiler Pada Rumah Makan Padang Di Kota Bengkulu. Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Bengkulu (Tidak Dipublikasikan)
Gerungan, 1996. Psikologi Umum. PT. Eresco. Bandung
Guiltinan, J.P dan G.W. Paul. 1994. Stategi dan Program Pemasaran.  Terjemahan Agus Maulana. Erlangga, Jakarta
Handoko,T. Hani. 1992.  Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE UGM. Yogyakarta
Hersey, P dan K.H. Blanchard. 1992. Organisasi dan Manajemen,  Edisi ke Empat.  Terjemahan Agus Dharma. Erlangga, Jakarta
Kartono, 1996. Psikologi Umum Gramedia, Jakarta
Kuntjoro,1983. Identifikasi Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pembayaran kembali kredit Bimas Padi. Fakultas pertanian. IPB.tidak dipublikasikan
Mubyarto, W.A, 1985. Pengantar Ekonomi Pertanian. Balai Pustaka. Jakarta.
Mutmainnah, 1999. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit KUT Skripsi FP. Tidak dipublikasikan.
Perleoli, R. 2002. Karekteristik Kepribadian Anggota Kelompok Nelayan dan Hubungan dengan Tingkat Motivasi Kerja. Skripsi Fakultas Pertanian. Unib. Bengkulu. (tidak dipublikasikan)
Prawiranata, Budi. 1994. Pengaruh Pembianaan Kesejahteraan Sosial Melalui Program Penyantunan dan Pengentasan Fakir Miskin Terhadap Tingkat Kemandirian Sasaran Program. Skripsi Fisip UNIB. Bengkulu.
Pustaka Online http: //.www. ukm. Yogyakart (2004)
Riniwati, N. Harahaf, 1997. Evaluasi Kredit Informasi Terhadap Usaha Penangkapan Ikan dan Komsumsi Rumah Tangga Nelayan dalam Upaya Memperbaiki Sistem Perkreditan di Desa Pantai Pasuruan , Jawa Timur, Agro Ekonomi Vol. 9 No. 2 Hal 57-66.
Siegel,D, 1985. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial Terjemahan oleh Peter Hagul, Gramedia, Jakarta.
Singarimbun, M dan Efendi. 1987. Metode Penelitian Sosial. Cetakan ke-7. LP3ES. Jakarta
Suhardiyono. L. 1997. Penyuluh. Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian . Erlangga.
Supranto. J. 1985.Ekonometrik. Jilid I. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.
Thoha, M. 2002. Perilaku Organisasi; Kosep Dasar dan aplikasinya.  PT.  Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Umar H. 1998.  Sumberdaya dalam Organisasi. PT. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Usman Y. Khasirna Agung dan Wartomo, 1991.  Analisa Eonomi Dan Pemasaran Hasil Produksi Usaha Peternakan Ayam Broiler Di Kota Padang.  BPPS UGM Jilid 2 No: 1A, Hal : 389-400