MOTIVASI
PETANI DALAM MEMPERTAHANKAN SISTEM TRADISIONAL PADA USAHATAI PADI SAWAH DI DESA PARBAJU JULU KABUPATEN TAPANULI
UTARA PROPINSI SUMATERA UTARA
(The Motivation Of Farmers In
Rainfed The Traditional System The Paddy Fields In The Village Parbaju Julu Of
North Tapanuli County North Sumatra Province)
Ir. Reflis, MSi*)
Ir. M. Nurung, MSi*)
*) Staf Pengajar FAPERTA Universitas Bengkulu
ABSTRACT
This
research
aims to identify factors that correlated significantly and no
significant effect on the motivation of farmers in rainfed systems to maintain,
preserve local seeds and planting once a year with the traditional system in
the paddy fields. The sample in this study is the number of people who still
perform the traditional system in the Village of North Tapanuli Parbaju Julu
County North Sumatra Province. The number of
respondents in the study was 48 respondents selected from 160 populations. The
analysis used is descriptive method, the standard deviation with categories
high, medium, low, and Spearman rank correlation using two-tailed t test with
95% confidence level (@ / 2 = 0.025). The study, which showed that correlated
significantly with motivation to sustain rain-fed farmers are formal education,
farmers' perception of the traditional system of rice farming, while non-formal
education, the traditional system of farming experience, farm size, number of
family members was not correlated significantly with the motivation of farmers
to maintain reservoir rain. Which correlated significantly with the motivation
of farmers to maintain local seed is non-formal education, farming experience,
while the traditional system of formal education, farmers' perception of traditional
rice farming system of farm size, number of family members are not correlated
significantly with the motivation of farmers to maintain local seed. Which
correlated significantly with the motivation of farmers to maintain plantings
once a year is the number of family members, while non-formal education,
experience traditional farming systems, formal education, farmers' perception
of traditional rice farming system of farm size, are not correlated
significantly with the motivation of farmers to maintain plantings once a year.
PENDAHULUAN
Peran sub sektor tanaman pangan dalam perekonomian
masih sangat penting dan strategis, peranan penting dan strategis ini terutama
dalam hal meningkatkan produksi untuk mencukupi kebutuhan pangan, seperti padi.
Program peningkatan ketahanan pangan diarahkan untuk dapat memenuhi kebutuhan
pangan masyarakat di dalam negeri dari produksi pangan nasional. Berbagai upaya
telah ditempuh pemerintah melalui kegiatan pengamanan lahan, peningkatan mutu
intensifikasi serta optimalisasi dan perluasan areal pertanian. Salah satu
bahan pangan nasional yang diupayakan ketersediaannya tercukupi sepanjang tahun
adalah beras yang menjadi makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia.
Padi merupakan salah satu komoditas penting di
dunia, sebab sekitar 90% dihasilkan dan dikonsumsi sebagai makanan pokok bagi
penduduk di negara-negara Asia dengan nilai perdagangan beras global mencapai
US$ 6,88 billion. Sedangkan di Indonesia beras merupakan bahan makanan pokok
bagi sekitar 95% penduduk dengan konsumsi beras 108-137 kg per kapita. Oleh
karena itu peningkatan produksi padi di Indonesia harus tetap dilakukan lebih
tinggi dari laju pertumbuhan penduduk yang mencapai rata-rata 1,3% per tahun.
Padi adalah salah satu tanaman
budidaya terpenting dalam peradaban, meskipun terutama mengacu pada jenis
tanaman budidaya padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari
marga (genus) yang sama biasanya disebut sebagai padi liar. Padi merupakan
tanaman yang banyak ditanam dan diusahakan oleh sebagian besar petani di
kabupaten tapanuli utara. Kabupaten ini mempenyai luas lahan sawah yang
potensial dalam menunjang produktivitas lahan sawah tersebut.
Sistem pertanian tradisional
adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu yang
telah berkembang lama sebagai hasil dari proses hubungan timbal balik antara
masyarakat dengan lingkungan. Jadi, konsep penerapan sistem padi tradisional
berakar dari sistem pengetahuan dan pengelolaan lokal atau tradisional. Karena
hubungan yang dekat dengan lingkungan dan sumber daya alam, masyarakat lokal,
tradisional atau asli melalui uji coba telah dianggap mempertahankan sumber
daya alam, serta meninggalkan kegiatan-kegiatan yang dianggap merusak
lingkungan.
Sistem pertanian tradisional yang
akrab dan selaras dengan alam, yang disesuaikan dengan situasi ekologi lokal
seperti tipologi lahan dan keadaan musim yang erat kaitannya dengan keadaan
tofografi, kedalaman genangan, dan ketersediaan air. Sistem pertaniaan
tradisional yang dilakukan oleh penduduk Di Desa Parbaju Julu Kabupaten
Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara masih dikelolah secara tradisional mulai
dari penggunaan bibit lokal, pengairan dengan tadah hujan dan panen satu kali
dalam setahun.
Lahan sawah tadah hujan merupakan sumber daya fisik
yang potensial untuk pengembangan pertanian, seperti padi, palawija dan tanaman
holtikultura. Pada umumnya lahan sawah tadah hujan ini hanya ditanami padi
sekali dalam setahun yaitu pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau
sebagian diantaranya mengalami bera sampai pada musim tanam berikutnya. Bahkan
pada beberapa daerah atau lokasi, lahan tidur akibat keterbatasan air dan
pengolahan yang tidak benar. Padi yang ditanam adalah jenis lokal dengan
ciri-ciri tanaman yang tinggi dan bisa berumur sampai kira-kira tujuh bulan
siap dipanen. Mereka memilih bertahan mengembangkan padi lokal karena mampu
bertahan disimpan 13-15 tahun.
Di
propinsi Sumatera Utara terutama di Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah
satu sentra pertanian yang kesuburan tanahnya cocok untuk ditanami padi.
Walaupun kesuburan tanahnya sudah cocok untuk tanaman padi, petani hanya
melakukan penanaman sekali musim tanam
dalam setahun. Kegiatan usahatani di daerah ini adalah padi dengan sistem mina padi, dimana usaha budidaya padi diselingi
dengan kegiatan budidaya ikan mas atau tanaman cabe.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk
melakukan suatu kajian terhadap fenomena keadaan ini. Penulis memilih judul
“ Analisis Motivasi Petani Dalam Mempertahankan Sistem Tradisional Pada Usaha
Tani Padi Sawah Di Desa Parbaju Julu Kabupaten Tapanuli Utara Propinsi Sumatera
Utara”. Secara rinci permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana motivasi petani dalam
mempertahankan sistem tadah hujan, bibit lokal, dan penanaman sekali dalam
setahun dengan sistem tradisional pada usaha tani padi sawah di Desa Parbaju
Julu Kabupaten Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara.
2.
Faktor-faktor apa saja yang berhubungan nyata dan
tidak nyata terhadap motivasi
petani dalam mempertahankan sistem tradisional pada usaha tani padi sawah di
Desa Parbaju Julu Kabupaten Tapanuli Utara Propinsi Sumatera Utara.
METODOLOGI PENELITIAN
Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan secara sengaja (Purposive) Di Desa Parbaju Julu Kabupaten Tapanuli
Utara Propinsi Sumatera Utara, dengan pertimbangan bahwa di
Desa Parbaju
Julu penduduknya mayoritas adalah petani padi. Responden dipilih
secara acak (simple random sampling.) Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah: wawancara mendalam (indepth interview) yaitu berupa dialog baik secara inividu maupun
kelompok dengan informan dan responden, serta melakukabn pengamatan secara
terlibat langsung (participant Observation) untuk mendapatkan informasi permasalahan
yang lebih menyeluruh dan mendalam.
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk mengkaji motivasi petani dalam
mempertahakan sistem tradisional pada usahatani padi
sawah di Desa Parbaju Julu Kabupaten Tapanuli
Utara Propinsi Sumatera Utara dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif. Menurut Nazir
(1988), metode deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam penelitian suatu
objek, suatu kelompok manusia, kondisi suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan
tujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki. Untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara variabel X dan variabel Y yang diamati digunakan alat analisis statistik
non parametrik, yaitu uji korelasi Rank
Spearman (Rs)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tingkat Motivasi
Petani Dalam Mempertahankan Sistem Tradisional Padi Sawah
Berdasarkan hasil penelitian tingkat motivasi petani mempertahankan sistem tradisional yang termasuk dalam kategori tinggi sebesar 50 %, kategori sedang sebesar 43,75 % dan kategori rendah sebesar 6,25 %. Dari data tersebut tingkat motivasi mempertahankan sistem
tradisional termasuk dalam kategori tinggi, hal ini disebabkan tidak memerlukan
biaya yang tinggi, perawatan rendah , penghasilan yang diperoleh dalam
berusahatani sekali dalam setahun telah dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga
sampai musim tanam berikutnya, dengan menggunkan bibit lokal maka resiko
kegagalan panen relative kurang karena than terhadap hama dan penyakit.
Motivasi
Petani Mempertahankan Sistem Tadah Hujan
Berdasarkan hasil penelitian tingkat motivasi petani mempertahankan sistem
tadah hujan yang termasuk dalam kategori tinggi sebesar 33,333 %, kategori
sedang sebesar 35,4166 % dan kategori rendah sebesar 31,25 %. Dari wawancara yang
dilakukan langsung kepada petani (Manahan Hutabarat) sebagai informan “dang na olo hami mempertahankan aek udan on
ale ala nasoa adong do pe na irigasi na di baen di desa on, las selama martani
aek tarcukkupi do dohot aek udan” (kami tidak ingin mempertahankan tadah
hujan tetapi karena belum ada irigasi di desa ini, dan selama berusahatani air
masih tercukupi dengan sistem tadah hujan.
Dari data di atas dapat dilihat bahwa tingkat motivasi petani
mempertahankan sistem tadah hujan termasuk dalam kategori sedang, hal ini
disebabkan karena tidak teraturnya keadaan iklim pada sekarang ini. Masyarakat
masih cenderung ingin mempertahankan sistem tadah hujan dan sebagian juga ingin
mengusulkan kepada pemerintah agar memberi atau mendirikan sarana irigasi
kepada masyarakat sehingga manfaat dan keuntungan yang mereka dapatkan optimal.
Sedangkan petani yang memiliki motivasi tinggi disebabkan karena curah hujan
yang cukup sehingga mampu untuk memenuhi dalam usahatani padi tanpa memerlukan
irigasi, selain itu penghematan biaya juga dijadikan alasan bagi petani untuk
tetap bertahan menggunakan sistem tadah hujan. Untuk petani yang memiliki
motivasi rendah disebabkan karena petani sudah memiliki keinginan untuk
menggunakan irigasi dengan alasan kebutuhan air akan selalu tersedia tanpa
melihat musim (musim penghujan).
Motivasi
Petani Mempertahankan Bibit Lokal
Berdasarkan hasil penelitian tingkat motivasi petani mempertahankan bibit
lokal yang termasuk dalam kategori tinggi sebesar 39,5833 %, kategori sedang
sebesar 52,0833 % dan kategori rendah sebesar 8,333 %. Dari wawancara yang dilakukan langsung kepada petani (M. Sianipar) sebagai
informan “hami mamakke bibit lokal ala
nungga sian najolo angka natua-tua mamakei las tahan leleng, musena bibit lokal
on tahan tu hama dohot angka sahit-sahit ni suan-suanan” (kami memakai
bibit lokal karena sudah turun-temurun dan tahan lama, bibit lokal ini tahan
terhadap hama dan penyakit).
Dari data di atas dapat dilihat bahwa tingkat motivasi petani
mempertahankan bibit lokal termasuk dalam kategori sedang, hal ini disebabkan
karena bibit lokal lebih tahan lama dan memiliki hasil panen yang lebih baik
selain itu juga bibit tersebut sudah digunakan turun-temurun sehingga petani
masih tetap mempertahankan bibit tersebut. Padi varietas
lokal sudah adaptif dengan kondisi lingkungan setempat, maka dari itu tanaman
varietas bibit lokal harus dibudidayakan dengan baik. Dalam hal ini pemerintah
tidak perlu bersusah payah mengurusi pelepasan varietas, pemerintah hanya
memfasilitasi dengan menyediakan sebanyak mungkin nutfah untuk dikembangkan
swasta dan petani pemulia.
Motivasi
Petani Mempertahankan Penanaman Sekali Dalam Setahun
Berdasarkan hasil penelitian tingkat motivasi petani mempertahankan
penanaman sekali dalam setahun yang termasuk dalam kategori tinggi sebesar
45,8333 %, kategori sedang sebesar 50 % dan kategori rendah sebesar 4,1667%. Dari wawancara yang
dilakukan langsung kepada petani (Jannes Siagian) sebagai informan “hami tetap manuan eme sahali sataon mangihut
tu tingki na pas curah ni udan, dang adong dope na barani mambaen dua hali
manang tolu hali sataon mabiar hasil na dang sesuai jala molo holan piga-piga
halak mambaen annon angka hama dohot penyakit ma na unggodang mangallang eme i”
( petani tetap mempertahankan penanaman sekali dalam setahun mengikuti curah
hujan yang pas, belum ada yang berani menanam dua atau tiga kali dalam setahun
karena takut menerima resiko kegagalan sebab apabila hanya beberapa yang
melakukannya maka hama dan penyakit padi yang akan rentan memakannya).
Dari data di atas dapat dilihat bahwa tingkat motivasi petani mempertahankan
penanaman sekali dalam setahun termasuk dalam kategori sedang, hal ini
disebabkan karena pada saat setelah panen petani lebih memilih melakukan usahatani lain atau
mengganti fungsi sawah menjadi kolam ketimbang harus menanam padi kembali. Hal
ini dikarenakan untuk menghindari hama dan kesuburan tanah akan lebih terjaga.
Akan tetapi petani juga memiliki keinginan untuk mencoba penanaman dua kali
setahun apabila sistem tersebut dilakukan oleh seluruh petani padi secara
serentak, karena apabila hanya dilakukan oleh beberapa petani saja maka akan
menyebabkan kerugian karena terserang hama.
Faktor - Faktor
Yang Berhubungan Dengan Motivasi Petani Mempertahankan Sistem Tradisional
Untuk melihat bentuk dan kekuatan hubungan antara variabel bebas
(pendidikan formal, pendidikan non formal, persepsi petani terhadap sistem
tradisional, pengalaman berusahatani, luas lahan garapan dan jumlah tanggungan keluarga) dengan variabel
terikat (motivasi mempertahankan sistem tradisional) dapat menggunakan Uji Korelasi Rank Spearman
dengan menggunakan faktor koreksi. Sedangkan pengujian hipotesa dilakukan
dengan melihat hasil t-hitung yang kemudian
dibandingkan dengan t tabel dimana pengujian ini bertujuan untuk melihat
apakah terdapat hubungan nyata atau tidak antara variabel bebas dengan variabel
terikat.
Variabel Bebas Nilai Korelasi t hitung (rs2 )
1.
Pendidikan formal (X1) 0,3657 2,6652*
2.
Pendidikan non formal (X2) 0,1905 1,3164
3.
Persepsi terhadap sistem tradisional
(X3) -0,0874 - 0,5954
4.
Pengalaman berusahatani (X4) 0,3829 2,8114*
5.
Luas lahan garapan (X5) -0,0967 - 0,6596
6.
Jumlah tanggungan keluarga (X6) 0,0277 0,1884
Ket *: berhubungan nyata pada tingkat kepercayaan 95% (a/2 = 0,025)
dengan t tabel 2,011
Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa faktor-faktor yang berhubungan nyata
terhadap motivasi petani dalam mempertahankan sistem tadah hujan yaitu
pendidikan formal (X1), Pengalaan
berusahatani
(X4).
Pendidikan
Formal
Berdasarkan hasil perhitungan Rank Spearman
(tabel 1) nilai koefisien
korelasi variabel pendidikan formal sebesar 0,3657
hal ini berarti bahwa
apabila pendidikan
formal meningkat maka motivasi petani dalam
mempertahankan sistem tradisional akan meningkat.
Hal ini disebabkan karena semakin berkembangnya pengetahuan petani dan
teknologi sekarang ini sehingga petani ingin mengikuti perkembangan jaman ke
arah yang lebih modern seperti mengharapkan adanya pengairan sawah yang lebih
baik selain tadah hujan yaitu irigasi, pendidikan formal yang dimiliki petani
dapat menjamin petani untuk tetap mempertahnkan bibit lokal dalam berbuat atau
berusaha sesuai dengan tingkat pendidikan formal yang dimilikinya, sebab usahatani yang dilakukan juga
dipengaruhi oleh kemampuan petani itu sendiri dan situasi serta kondisi
masyarakat petani sekitarnya walaupun hanya melakukan
penanaman sekali dalam setahun.
Menurut Dewi (2005)
tingkat pendidikan petani juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam
kegiatan pengelolaan usahataninya. Petani yang berpendidikan rendah akan merasa
kesulitan dalam mengambil keputusan terhadap alokasi sumberdaya yang
dimilikinya. Maka secara tidak langsung berpengaruh terhadap motivasi petani dalam
mempertahankan sistem tradisional pada usahataninya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Susantyo (2001) menyebutkan bahwa pendidikan formal berhubungan nyata dengan
motivasi petani berusahatani di dalam kawasan hutan, wilayah Bandung Selatan
(kasus petani peserta program perhutanan sosial di wilayah kesatuan pemangku
hutan Bandung Selatan).
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
(Agussabti, 1998 dan Yuhana, 1983) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi petani.
Kemudian hasil uji t menunjukkan bahwa t-hitung 2,6652 lebih besar dari t-tabel 2,011 sehingga terima Ha
yang berarti ada hubungan nyata pada taraf kepercayaan 95%, diantara
peningkatan pendidikan
formal dengan meningkat motivasi petani dalam mempertahankan
sistem tradisional padi sawah.
Pendidikan Non Formal
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Rank Spearman
(tabel 1) nilai koefisien
korelasi variabel pendidikan non formal sebesar 0,1905
hal ini berarti bahwa
apabila pendidikan
non formal meningkat
maka motivasi
petani dalam mempertahankan sistem tadah hujan padi sawah akan meningkat.
Hal ini hanya sebagai penambah dari ilmu yang telah dimiliki petani
dalam melakukan usahatani padi sistem tradisional, karena pelatihan dan
penyuluhan yang diterima oleh petani merasa masih sangat sedikit intensitasnya
sehingga ilmu yang diterima dari hasil penyuluhan atau pelatihan tersebut juga
tidak terlalu besar manfaatnya dan petani juga beranggapan
bahwa penyuluhan sering bersifat konseptual dan tidak praktis
sehingga para petani tidak terlalu antusias apabila ada penyelenggaraan
penyuluhan bibit lokal dan penanaman sekali dalam setahun ataupun dalam bentuk yang lainnya.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Soekartawi
(2004) menyebutkan bahwa melalui aktivitas dalam mengikuti penyuluhan,
pelatihan atau kursus pertanian yang diikuti petani, dapat meningkatkan
pengetahuan serta keterampilan petani, sehingga makin tinggi frekuensi
mengikuti penyuluhan, pelatihan dan kursus pertanian maka makin cepat proses
penerapan inovasi baru atau perubahan terbaru sehingga petani dapat menerima
inovasi baru di bidang pertanian
Kemudian hasil uji t menunjukkan bahwa t-hitung 1,3164 lebih kecil dari t-tabel
2,011 sehingga terima Ho yang berarti tidak ada hubungan nyata
pada taraf kepercayaan 95%, diantara peningkatan pendidikan non formal
dengan peningkatan motivasi petani dalam mempertahankan
sistem tadah hujan padi sawah.
Persepsi
Petani Terhadap Sistem Tradisional
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Rank Spearman
(tabel 1) nilai koefisien
korelasi variabel persepsi petani terhadap sistem tradisional sebesar
-0,0874 hal ini
berarti bahwa apabila persepsi petani terhadap sistem
tradisional
meningkat maka motivasi petani dalam
mempertahankan sistem tradisional akan menurun.
Hal ini disebabkan karena petani tidak memiliki pendapat dan respon yang baik
terhadap sistem tadah hujan yang akan memberikan manfaat
pada petani, misalnya penghematan biaya irigasi karena tidak
menggunakan irigasi tetapi memanfaatkan sistem tadah hujan atau alam.
Menggunakan bibit lokal maka hasil produksi tidak dapat memenuhi kebutuhan
keluarga sampai musim tanam berikutnya selain itu petani masih memiliki
pandangan bahwa menggunakan bibit lokal merupakan trasisi turun- temurun dan
mengikuti pola musim hujan yang hanya setahun sekali.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Nur (2005) menyebutkan
bahwa persepsi berhubungan nyata dengan motivasi petani dalam pengelolaan
kuhuma di areal hutan rakyat (Kasus: Kecamatan Sawerigadi Kabupaten Muna).
Kemudian hasil uji t menunjukkan bahwa t-hitung -0,5954 lebih besar dari t-tabel
-2,011 sehingga terima Ha
yang berarti ada hubungan tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%, diantara
peningkatan persepsi petani terhadap sistem tradisional dengan peningkatan motivasi petani dalam mempertahankan
sistem tradisiona
Pengalaman
Berusahatani Sistem Tradisional
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Rank Spearman
(tabel 1) nilai koefisien
korelasi variabel pengalaman berusahatani sistem tradisional sebesar
0,3829 hal ini berarti bahwa apabila pengalaman berusahatani sistem tradisional meningkat maka motivasi petani dalam
mempertahankan sistem tradisional padi sawah akan
meningkat.
Hal ini disebabkan karena pengalaman
berusahatani sistem tradisional banyak berpengaruh terhadap kegiatan usahatani hal ini dikarenakan
semangat atau minat para petani untuk melakukan usahatani padi, kerena baik
petani yang baru memulai usahatani padi maupun yang sudah lama pada dasarnya
memiliki tujuan dan harapan yang sama yaitu ingin memenuhi kebutuhan hidup
dengan menggunakan bibit lokal yang disebabkan oleh kebiasaan dalam melakukan pekerjaannya dan petani juga memiliki
rasa kebersamaan dalam penanaman sekali dalam setahun dan
tanggung jawab terhadap pekerjaanya, rasa kebersamaan timbul karena mereka
merasa senasib dan saling membutuhkan baik dalam kegiatan usahatani maupun
dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Beni (2005), yang
menyatakan bahwa pengalaman kerja tidak
berhubungan nyata dengan tingkat motivasi kerja karyawan PT. Askes Regional VI Jawa Tengah dan D.I.Y bagian Sumber Daya Manusia dan
Umum Semarang.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian
Susantyo (2001) menyebutkan bahwa pengalaman beusahatani berhubungan nyata
dengan motivasi petani berusahatani di dalam kawasan hutan, wilayah Bandung
Selatan (kasus petani peserta program perhutanan sosial di wilayah kesatuan
pemangku hutan Bandung Selatan).
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Taufik (2002) menyebutkan
bahwa pengalaman tidak berhubungan nyata dengan motivasi pengrajin dalam usaha
meningkatkan pendapatan melalui industri kerajinan sepatu sandal (Kasus
pengrajin sepatu sandal di kelurahan Cikaret, kota Bogor)
Kemudian hasil uji t menunjukkan bahwa t-hitung 2,8114 lebih besar dari t-tabel
2,011 sehingga terima Ho yang berarti ada hubungan nyata pada
taraf kepercayaan 95%, diantara peningkatan pengalaman berusahatani sistem
tradisional
dengan peningkatan motivasi petani dalam mempertahankan
sistem tradisional padi sawah.
Luas
Lahan Garapan
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Rank Spearman
(tabel 1) nilai koefisien
korelasi variabel luas lahan garapan sebesar -0,0967
hal ini berarti bahwa
apabila luas lahan garapan meningkat maka motivasi
petani dalam mempertahankan sistem tradisional
padi sawah akan menurun.
Hal ini disebabkan karena luas lahan garapan
diharapkan berhubungan dengan tingkat motivasi petani padi, karena dengan luas
lahan yang semakin luas maka memungkinkan jumlah produksi yang dihasilkan lebih
banyak dari lahan sehingga petani tetap melakukan penanaman sekali, hanya
mengandalkan sistem tadah hujan dan menggunakan bibit lokal karena petani masih
ragu-ragu
dalam menerapkan suatu perubahan kearah yang lebih modern karena mereka takut
mengambil resiko.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hendra (2005),
menyatakan bahwa luas lahan tidak berhubungan dengan tingkat motivasi kerja
peternak sapi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga di Desa Pagar Dewa
Kecamatan Kota Manna Kabupaten Bengkulu Selatan.
Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Randi (2006), menyatakan bahwa luas lahan berhubungan dengan motivasi
kerja petani kopi di Kecamatan Mulak Ulu Kotamadya Pagar Alam Provinsi Sumatera
Selatan.
Kemudian hasil uji t menunjukkan bahwa t-hitung -0,6596 lebih besar dari t-tabel
-2,011 sehingga terima Ho
yang berarti tidak ada hubungan nyata pada taraf kepercayaan 95%, diantara luas
lahan garapan
dengan penurunan motivasi petani dalam mempertahankan
sistem tradisional padi sawah.
Jumlah Tanggungan Keluarga
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Rank Spearman
(tabel 1) nilai koefisien
korelasi variabel jumlah tanggungan keluarga sebesar
0,0277 hal ini berarti bahwa apabila jumlah tanggungan keluarga meningkat maka motivasi petani dalam
mempertahankan sistem tadah hujan padi sawah akan
meningkat.
Hal ini disebabkan karena petani beranggapan dengan jumlah tanggungan yang
banyak dapat membantu dalam berusahatani dan dengan semakin banyak jumlah
tanggungan bisa berpartisipasi dalam melakukan mina padi (padi – palawija) atau
(padi – ikan) untuk memenuhi kebutuhan dengan sistem tadah hujan, bibit lokal
akan terus terbudidaya dan penanaman yang dilakukan sekali dalam setahun
mengikuti musim penghujan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nur
(2005) menyebutkan bahwa jumlah tanggungan keluarga tidak berhubungan nyata
dengan motivasi ekologi petani dalam pengelolaan kahuma di areal hutan rakyat
(Kasus: kecamatan Sawerigadi kabupaten Muna).
Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Mayangsari (2003) yaitu dengan
bertambahnya jumlah anggota keluarga berarti akan memperbesar pengeluaran
konsumsi rumah tangganya sehingga ibu rumah tangga akan lebih giat dalam
berusaha.
Kemudian hasil uji t menunjukkan bahwa t-hitung 0,1884 lebih kecil dari t-tabel
2,011 sehingga terima Ho yang berarti tidak ada hubungan nyata
pada taraf kepercayaan 95%, diantara jumlah tanggungan keluarga dengan peningkatan motivasi petani dalam mempertahankan
sistem tradisional padi
sawah.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tingkat
motivasi petani mempertahankan sistem tradisional termasuk dalam kategori tinggi sebesar 50
%. Hal ini disebabkan karena tidak teraturnya keadaan iklim pada sekarang ini
masyarakat cenderung ingin mempertahankan sistem tadah hujan dan mengusulkan
kepada pemerintah agar memberi sarana irigasi kepada masyarakat sehingga
manfaat dan keuntungan yang mereka dapatkan optimal, bibit
lokal lebih tahan lama dan memiliki hasil panen yang lebih baik selain itu juga
bibit tersebut sudah digunakan turun-temurun sehingga petani masih tetap
mempertahankan bibit tersebut. Akan tetapi petani memiliki keinginan untuk
mencoba bibit unggul untuk mengetahui apakah hasilnya lebih baik dari bibit
lokal, pada saat setelah panen petani lebih memilih melakukan usahatani lain atau
mengganti fungsi sawah menjadi kolam ketimbang harus menanam padi kembali. Hal
ini dikarenakan untuk menghindari hama dan kesuburan tanah akan lebih terjaga.
Akan tetapi petani juga memiliki keinginan untuk mencoba penanaman dua kali
setahun apabila sistem tersebut dilakukan oleh seluruh petani padi secara
serentak, karena apabila hanya dilakukan oleh beberapa petani saja maka akan
menyebabkan kerugian karena terserang hama.
Faktor-faktor yang
berhubungan nyata dengan motivasi petani mempertahankan sistem
tradisional
adalah pendidikan formal dan pengalaman berusahatani sistem tradisional sedangkan pendidikan
non formal, persepsi petani terhadap sistem tradisional usahatani padi, luas lahan garapan, jumlah
tanggungan keluarga, tidak berhubungan
nyata dengan motivasi petani mempertahankan sistem tradisional.
Saran
Faktor yang berhubungan nyata dengan motivasi petani mempertahankan
sistem tradisional (sistem tadah hujan, bibit lokal dan penanaman setahun
sekali) sebaiknya dijadikan bahan
pertimbangan bagi petani dalam mempertahankan sistem tradisional padi
sawah sehingga petani dapat mengambil sikap yang bijak.
Perlu kajian yang mendalam mengenai sistem tradisional dimasa yang akan
datang, sehingga akan menyadarkan berbagai kalangan khususnya pemerintah
setempat mengenai kesejahtera yang akan diterima oleh petani dalam panjang dari berbagai aspek.
DAFTAR
PUSTAKA
Beni, H. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Kerja Karyawan Di PT. Askes Regional VI Jawa Tengah dan DIY Bagian Dari
Sumberdaya Manusia dan Umum Semarang. Tugas Akhir Jurusan Ekonomi Program Studi
Manajemen Perkantoran DIII Fakultas Ilmu sosial Universitas Negeri Semarang.
Semarang.
Dewi, K.R. Dan Sudiarti.
2005. Faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Pengambilan
Keputusan Petani dalam Sistem Penjualan Sayuran. Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana (Tidak Dipublikasikan).
Denpasar
Hendra.
2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Dengan Tingkat Motivasi Kerja Peternak Sapi dalam Menigkatkan Kesejahteraan
Keluarga di Desa Pagar Dewa Kecamatan Manna Kabupaten
Bengkulu Selatan . Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ekonomi Pertanian, Universitas Bengkulu.
Bengkulu Tidak Dipublikasikan
Nur,H. 2005. Motivasi Petani di dalam Pengelolaan Kahuma
Di Areal Hutan Rakyat. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Randi, N.
2006. Analisa Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tingkat Motivasi Kerja Petani Kopi di Kecamatan Mulak Ulu
Kota Pagar Alam Propinsi Sumtera Selatan. Skripsi Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. Palembang. Tidak Dipublikasikan
Soekartawi, 2004. Prinsip
Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasinya. PT. Rajawali Perss. Jakarta
Susantyo, B. 2001. Motivasi Petani Berusahatani Di Dalam Kawasan
Hutan Wilayah Bandung Selatan. Tesis Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.Bogor
DAFTAR ISTILAH
Adong : ada
Aek : air
Dang : tidak
Dohot : ikut
Eme : padi
Hali :
kali
Hami : kami
Leleng :
lama
Mabiar :
takut
Mabiar :
takut
Mamakke :
memakai
Mambaen :
membuat
Manang :
atau
Mananom :
menanam
Mangallang :
memakan
Mangihut :
mengikuti
Martani :
bertani
Natua-tua :
orang tua
Nungga :
sudah
Sahali : sekali
Sahit :
penyakit
Sataon :
setahun
Suan-suanan :
tanaman
Udan : hujan
Unggodang :
lebih banyak
0 komentar:
Posting Komentar